Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan antara Tenda DCF dan Tenda Ultra, Mana yang Kamu Pilih?

Ilustrasi tenda camping (pixabay.com/andychiboub Spratt)

Perbedaan antara tenda DCF dan tenda ultra jadi topik hangat di kalangan pendaki, terutama buat kamu yang suka gaya hidup ultralight saat naik gunung. Sebab, keduanya sama-sama dirancang untuk meminimalkan beban bawaan.

Meski sama-sama ringan, tapi ternyata punya spesifikasi yang cukup beda dari segi bahan, kekuatan, hingga harga. Nah, sebelum kamu asal beli cuma karena tergiur dengan beratnya yang ringan, ada baiknya kenali dulu detail perbedaannya agar gak salah pilih tenda untuk camping saat di alam bebas.

1. Bahan utama yang digunakan

Ilustrasi tenda camping (pexels.com/David Sirois)

  • Tenda DCF menggunakan bahan Dyneema Composite Fabric, yaitu material komposit berbasis serat polietilena super kuat yang dikombinasikan dengan lapisan film.

  • Tenda Ultra bisa menggunakan berbagai jenis bahan seperti nylon ripstop, silnylon, atau silpoly yang lebih umum dan terjangkau.

Jadi, DCF lebih premium dan eksklusif, sementara tenda ultra punya lebih banyak variasi bahan.

2. Berat yang dimiliki

Ilustrasi tenda camping (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

  • Tenda DCF dikenal super ringan. Bahkan tenda 2P atau untuk kapasitas 2 orang bisa di bawah 500 gram!.

  • Tenda ultra juga ringan, tapi biasanya bobotnya lebih tinggi karena bahan seperti silnylon punya kepadatan lebih besar.

Kalau kamu butuh bobot super minimal buat fast hiking atau thru-hike, DCF bisa jadi pilihan utama.

3. Ketahanan terhadap air

Ilustrasi tenda camping (pixabay.com/ITUBB)

  • DCF tahan air 100% dan gak menyerap kelembapan, jadi tetap ringan meski habis hujan.

  • Bahan tenda ultra seperti silnylon kadang bisa menyerap air dan bobotnya jadi naik saat basah.

Dalam kondisi hujan deras atau lembap, tenda DCF punya keunggulan lebih dari tenda ultra.

4. Kekuatan dan daya tahan

Ilustrasi tenda camping menggunakan flysheet (pixabay.com/Ben_Frieden)

  • DCF kuat tapi rentan robek jika kena tusukan atau abrasi tajam.

  • Tenda ultra dengan silnylon umumnya lebih fleksibel dan tahan abrasi, cocok buat trek ekstrem.

Harus lebih berhati-hati menggunakan tenda DCF, sementara tenda ultra lebih tahan banting.

5. Harga di pasaran

Ilustrasi tenda camping (unsplash.com/Annie Spratt)

  • Harga tenda DCF biasanya jauh lebih mahal, bisa 2–3 kali lipat harga tenda ultra biasa.

  • Harga tenda ultra lebih ramah kantong, bahkan untuk brand-brand terkenal.

Budget tipis? Tenda ultra udah cukup banget buat kebutuhan hiking harian atau akhir pekan.

6. Umur pakai dan perawatan

Ilustrasi tenda camping (pixabay.com/bhossfeld)

  • DCF bisa bertahan lama tapi butuh perawatan ekstra. Oleh karenanya jangan sering dilipat atau dijemur terlalu lama.

  • Tenda ultra umumnya lebih tahan cuaca dan tahan banting, meski usia pakainya bisa lebih pendek kalau sering dipakai ekstrem.

Kalau kamu tipe yang adventurous banget, tenda ultra mungkin lebih cocok.

7. Pilihan desain dan brand

Ilustrasi tenda camping (pexels.com/Rohan Sudan)

  • Tenda DCF biasanya diproduksi oleh brand-brand niche seperti Zpacks, Hyperlite Mountain Gear, dan harganya eksklusif.

  • Tenda ultra punya varian desain dan merek lebih banyak, mulai dari budget-friendly hingga premium.

Lebih suka banyak pilihan desain? Tenda ultra bisa kasih fleksibilitas lebih besar.

Perbedaan antara tenda DCF dan tenda ultra memang cukup mencolok, apalagi kalau kamu perhatikan dari segi bahan, berat, hingga harga. Oleh karena itu sebelum membelinya, pastikan kamu memilih tenda yang benar-benar cocok buat medan yang bakal kamu jelajahi. Ingat, perlengkapan yang tepat bisa bikin pengalaman naik gunung jadi lebih aman, nyaman, dan pastinya seru!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us