Apakah Boleh Minum Air Sungai saat Mendaki? Simak Penjelasannya!

Pada saat mendaki gunung atau menjelajahi alam bebas tentu air minum menjadi kebutuhan utama yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Ada banyak pendaki yang mungkin tergoda untuk mengambil air secara langsung dari sungai atau aliran mata air karena memang dianggap jauh lebih alami dan juga menyegarkan pada saat dikonsumsi.
Sayangnya keputusan untuk langsung meminum air sungai tidak bisa dianggap sepele, sebab bisa saja membawa dampak serius pada kesehatan tubuh. Meski mungkin sekilas terlihat bersih dan jernih, namun sebetulnya air yang mengalir di alam terbuka belum tentu bebas dari potensi kontaminasi yang mungkin tidak terlihat secara kasat mata.
Oleh sebab itu, perhatikanlah beberapa penjelasan berikut ini untuk menentukan apakah memang boleh meminum air sungai pada saat mendaki atau justru itu merupakan keputusan yang keliru.
1. Risiko kontaminasi dari mikroorganisme

Air sungai di pegunungan memang seringkali mengandung adanya mikroorganisme berbahaya, seperti virus, bakteri, hingga parasit. Kontaminasi tersebut biasanya dapat berasal dari kotoran hewan liar, tanah yang sudah tercemar, hingga aktivitas manusia yang mungkin telah terjadi sebelumnya, sehingga jelas dapat menimbulkan potensi bahaya.
Jika air tersebut diminum tanpa adanya proses penyaringan atau perebusan yang memadai, maka risiko terkena penyakit, seperti disentri, diare, atau giardiasis juga bisa meningkat dengan signifikan. Penting untuk selalu menganggap bahwa air sungai sebetulnya merupakan sumber yang belum aman untuk langsung dikonsumsi karena memang ada berbagai risiko yang terdapat di dalamnya.
2. Pentingnya menyaring atau merebus air

Jika memang benar-benar terpaksa untuk mengandalkan air sungai, maka setidaknya pendaki harus melakukan penyaringan terlebih dahulu dengan menggunakan alat filter portable atau merebusnya untuk beberapa waktu. Proses ini setidaknya dapat membantu untuk membunuh kuman dan juga menyaring partikel yang mungkin tidak terlihat secara langsung.
Setidaknya dengan merebus air selama minimal 5 sampai 10 menit, maka sebagian besar bakteri dan juga virus berbahaya akan mati, sehingga membuat air tersebut jadi lebih aman untuk dikonsumsi. Alternatif lain adalah dengan menggunakan tablet purifikasi air yang memang cukup praktis dibawa dalam perjalanan pendakian.
3. Tidak semua lokasi sungai aman untuk diambil airnya

Kondisi lingkungan di sekitar sungai memang dapat memengaruhi kualitas air yang mengalir. Biasanya sungai yang berada dekat dengan jalur pendakian, area perkemahan, atau jalur hewan liar akan lebih rentan mengalami kondisi tercemar akibat adanya aktivitas buang air atau pun pembuangan limbah lain.
Sebaliknya mata air yang keluar secara langsung dari celah batu atau sumber pegunungan memang dianggap jauh lebih bersih, meski memang tetap perlu disaring terlebih dahulu. Oleh sebab itu, penting untuk tetap memperhatikan lokasi dan juga kondisi sungai sebelum benar-benar memutuskan untuk mengambil air dari sumber tersebut.
4. Membawa persediaan air sendiri adalah pilihan yang terbaik

Membawa air minum sendiri di dalam botol atau wadah khusus ternyata merupakan cara yang paling aman untuk tetap memenuhi kebutuhan cairan pada saat mendaki. Hal ini dapat memungkinkan para pendaki untuk menghindari potensi risiko kesehatan yang mungkin muncul pada saat mengonsumsi air sungai yang tidak diketahui kandungannya.
Meski mungkin bisa menambah beban bawaan, namun setidaknya membawa air bersih dari rumah tetap bisa memastikan keamanan selama perjalanan dan juga memberikan rasa tenang pada saat mengonsumsinya. Pendaki bisa mempertimbangkan untuk membawa alat penjernih airnya sebagai cadangan apabila sampai terjadi kondisi darurat.
Minum air langsung dari sungai pada saat mendaki mungkin terlihat alami dan praktis, namun tetap ada berbagai risiko serius yang menunggu. Perlu diketahui bahwa air yang tampak jernih belum tentu bebas dari kuman dan zat berbahaya lainnya. Jangan sembarangan minum air dari sungai!