Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Ciri Turis yang Dibenci Warga Lokal, Jangan Kayak Gini

ilustrasi turis (unsplash.com/Austin Distel)
Intinya sih...
  • Turis perlu memperhatikan identitas lokal
  • Arogansi, kurang pengetahuan adat istiadat, dan tawar-menawar harga souvenir berlebihan tidak disukai
  • Turis problematik dan perilaku eksklusif juga menimbulkan ketidaknyamanan bagi warga lokal

Para turis yang datang berlibur tentu memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada turis yang mungkin memiliki tujuan mengeksplorasi berbagai destinasi yang ada di tempat tujuan, namun ada pula turis yang memang berkunjung untuk keperluan bisnis atau pun hanya untuk berbelanja saja.

Sebetulnya menjadi turis tentu perlu memperhatikan banyak hal, khususnya yang berkaitan dengan identitas lokal. Jangan sampai menjadi turis dengan beberapa ciri berikut ini, sebab ternyata biasanya dibenci oleh para warga lokal.

1. Turis yang arogan

ilustrasi solo traveler (unsplash.com/Arthur Yeti)

Tanda yang pertama yang tidak disukai oleh para warga lokal adalah adalah turis dengan karakter arogan. Sebetulnya karakter arogan ini bisa sangat umum, sebab mungkin setiap turis memiliki sisi arogannya yang berbeda-beda, entah itu karena memang watak pribadi atau karena memang merupakan ketidaktahuan yang dimilikinya.

Biasanya turis yang arogan cenderung tidak menghormati orang-orang yang ada di sekitarnya. Bahkan para turis tersebut cenderung bersikap kasar dan tidak sopan, seperti misalnya meludah sembarangan, membuang sampah sembarangan, hingga menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.

2. Turis yang tak paham adat istiadat lokal

ilustrasi turis berhijab (pexels.com/Engin Akyurt)

Para turis semestinya memahami betul bahwa setiap destinasi yang mereka kunjungi memiliki adat istiadat tersendiri, apalagi jika mereka berkunjung ke luar negeri. Tentu akan jauh lebih baik apabila para turis tersebut sejak awal sudah berusaha memahami adat istiadat lokal yang ada di sana, entah itu cara bersikap, cara berbusana, atau pun cara berkomunikasi.

Jika ada turis yang tidak paham mengenai adat istiadat lokal di sana, maka biasanya akan rentan terkena masalah. Oleh sebab itu, jangan sampai menjadi turis yang apatis dan harus mau berinisiatif untuk belajar sebelum berkunjung ke destinasi tersebut.

3. Turis yang menawar harga secara berlebihan

ilustrasi berbelanja (pexels.com/Sebastian Sørensen)

Melakukan liburan biasanya tidak akan lengkap jika tidak berbelanja beragam souvenir yang ada di sana. Rata-rata para penjual souvenir tersebut merupakan para warga lokal, sehingga memang mereka memiliki usaha dari hal tersebut.

Biasanya ada turis yang tidak disukai oleh warga lokal, yaitu turis yang gemar menawar harga secara berlebihan hingga tidak masuk akal. Padahal tentu saja rata-rata souvenir yang dijual oleh para warga lokal merupakan buatan tangan, sehingga memang memiliki harga yang relatif lebih mahal.

4. Turis yang problematik

ilustrasi mengobrol (pexels.com/Mental Health America (MHA))

Sering kali setiap turis mungkin memiliki karakter yang cenderung berbeda-beda. Bahkan tidak jarang ada pula para turis yang terkesan problematik, sehingga rentan sekali menyebabkan masalah ketika berada di destinasi tujuan.

Tentunya para warga lokal tidak akan suka dengan turis yang memiliki sikap problematik tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa turis tersebut hanya akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.

5. Turis yang berkelompok dan ekslusif

ilustrasi pemandu wisata (pexels.com/Raphael Loquellano)

Sebetulnya memang para turis cenderung memiliki cara yang berbeda-beda untuk menikmati destinasi wisata. Ada turis yang memang lebih senang melakukan eksplorasi sendiri, namun ada pula turis yang cenderung berkelompok pada saat mengunjungi satu tempat ke tempat lain.

Sebetulnya para warga lokal tidak merasa bermasalah dengan para turis yang berkelompok, namun jika sudah terkesan eksklusif maka hal ini menimbulkan ketidaknyamanan. Biasanya para turis yang gemar berkelompok dan terkesan eksklusif ini selalu ingin diperlakukan berbeda dan cenderung sombong, sehingga membuat para warga lokal merasa tidak nyaman.

Semestinya memang para turis bisa benar-benar menjaga sikap dan etika dengan baik selama berlibur. Jangan sampai justru menimbulkan ketidaknyamanan dari warga lokal atau pun turis lainnya yang ada di sana. Jangan menjadi turis yang apatis!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Siantita Novaya
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Follow Us