Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Pendaki Gunung Rinjani Wajib Menginap di Sembalun?

Desa Sembalun (unsplash.com/Fahrul Razi)
Desa Sembalun (unsplash.com/Fahrul Razi)

Pemerintah Kabupaten Lombok Timur kini mewajibkan wisatawan yang hendak mendaki Gunung Rinjani untuk menginap terlebih dahulu di Desa Sembalun. Aturan ini diterapkan sebagai bagian dari upaya peningkatan keselamatan dan kenyamanan para pendaki. Kebijakan tersebut muncul setelah sejumlah insiden serius, termasuk peristiwa tragis yang menimpa seorang wisatawan asal Brasil, terjadi di jalur pendakian Rinjani.

Bupati Lombok Timur, Haerul Warisin, menegaskan bahwa kebijakan ini bukan bentuk pembatasan semata, melainkan langkah preventif untuk mencegah kejadian serupa terulang. Dengan begitu, wisatawan bisa lebih siap secara fisik maupun mental sebelum mendaki salah satu gunung tertinggi di Indonesia ini. Lantas, mengapa pendaki Gunung Rinjani wajib menginap di Sembalun? Ini beberapa alasannya yang bertujuan demi keselamatan.

1. Menginap membantu mencegah kecelakaan di jalur pendakian

ilustrasi hiking (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)
ilustrasi hiking (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Salah satu alasan mengapa pendaki wajib menginap di Sembalun adalah untuk mengurangi risiko kecelakaan. Banyak pendaki, terutama dari luar daerah atau luar negeri, langsung naik ke Rinjani sesaat setelah tiba tanpa beristirahat. Kondisi tubuh yang belum pulih sepenuhnya dapat menyebabkan kelelahan ekstrem yang berujung pada insiden.

Pemerintah daerah menyoroti sejumlah kasus pendaki yang jatuh sakit, terpeleset, atau bahkan meninggal dunia di jalur pendakian. Salah satunya adalah kasus Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang terjatuh ke jurang dan ditemukan meninggal dunia pada Juni 2025. Kejadian ini jadi titik balik pemerintah untuk mengevaluasi sistem pendakian yang selama ini dianggap longgar.

Dengan mewajibkan pendaki untuk menginap, pemerintah berharap mereka bisa beristirahat penuh dan memulihkan tenaga sebelum mendaki. Hal ini juga memungkinkan pihak pengelola mendeteksi tanda-tanda kelelahan atau masalah kesehatan sejak awal. Tujuannya adalah menjamin keselamatan semua pihak yang hendak menaklukkan Gunung Rinjani.

2. Pendaki bisa beradaptasi lebih dulu dengan lingkungan sekitar

potret Gunung Rinjani via Sembalun (unsplash.com/heyeugene)
Gunung Rinjani via Sembalun (unsplash.com/heyeugene)

Gunung Rinjani memiliki karakter alam yang menantang dengan cuaca cepat berubah, udara tipis, serta jalur pendakian yang menanjak ekstrem. Pendaki yang tidak terbiasa dengan kondisi tersebut bisa mengalami kaget fisik dan mental saat sudah berada di ketinggian. Menginap sehari sebelumnya memberi waktu bagi tubuh untuk beradaptasi.

Aklimatisasi sangat penting, terutama bagi pendaki pemula yang belum terbiasa dengan medan gunung tinggi. Dengan bermalam di Sembalun, tubuh dapat menyesuaikan diri dengan suhu dingin dan tekanan udara yang mulai menurun. Ini akan membantu mencegah penyakit gunung seperti pusing, mual, atau sesak napas.

Selain itu, menginap juga memberi kesempatan pendaki untuk mengenali Desa Sembalun dan mempersiapkan logistik secara matang. Pendaki bisa mengecek kembali perlengkapan, membeli perbekalan, atau berkonsultasi dengan porter lokal mengenai jalur yang akan ditempuh. Semua ini adalah bagian dari pendakian yang bertanggung jawab.

3. Pendaki wajib mendapat pengarahan dan pemeriksaan kondisi tubuh

ilustrasi mendaki Gunung Rinjani (unsplash.com/Azinumoto)
ilustrasi mendaki Gunung Rinjani (unsplash.com/Azinumoto)

Kewajiban menginap juga dimanfaatkan untuk memberikan pengarahan atau briefing kepada para pendaki. Mereka akan diberi informasi mengenai kondisi jalur pendakian, cuaca terkini, serta prosedur keselamatan yang harus dipatuhi. Hal ini sangat penting terutama bagi pendaki yang belum memiliki pengalaman naik gunung.

Selain pengarahan, ada juga pengecekan kondisi fisik untuk memastikan pendaki benar-benar sehat dan layak mendaki. Pemeriksaan ini mencakup tanda-tanda kelelahan, riwayat kesehatan, serta kesiapan fisik secara umum. Jika ada yang dinilai tidak memenuhi syarat, maka disarankan untuk menunda atau membatalkan pendakian.

Langkah ini tidak hanya melindungi pendaki itu sendiri, tapi juga mengurangi beban pada tim SAR atau petugas taman nasional. Ketika semua orang teredukasi dan siap secara fisik, risiko evakuasi darurat bisa ditekan. Maka dari itu, pengarahan dan pemeriksaan ini menjadi bagian penting dari sistem pendakian baru di Gunung Rinjani.

4. Aturan baru ini juga melibatkan edukasi untuk porter dan pemandu

ilustrasi hiking (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Tak hanya wisatawan, porter dan pemandu lokal juga menjadi sasaran kebijakan ini. Pemerintah mewajibkan mereka untuk memastikan tamu yang dibawa sudah cukup istirahat dan mendapatkan pengarahan terlebih dahulu. Para porter juga dilarang membiarkan tamu mendaki sendirian atau terlalu jauh tertinggal.

Edukasi ini diberikan agar porter dan pemandu memiliki kesadaran lebih tinggi terhadap tanggung jawab keselamatan pendaki. Mereka akan dibekali dengan pelatihan dasar pertolongan pertama dan prosedur evakuasi darurat. Harapannya, pendakian ke Rinjani menjadi lebih profesional dan ramah wisatawan.

Dengan keterlibatan aktif dari para porter, pemandu, dan komunitas lokal, ekosistem wisata Gunung Rinjani bisa tumbuh lebih sehat. Pendaki merasa aman dan didampingi, sementara masyarakat setempat juga mendapat manfaat ekonomi yang berkelanjutan. Semua ini bermula dari kewajiban sederhana: menginap di Sembalun.

Menginap sehari sebelum pendakian bukan hanya soal istirahat, tapi soal persiapan menyeluruh yang menyelamatkan nyawa. Pemerintah Kabupaten Lombok Timur ingin memastikan Gunung Rinjani tetap menjadi destinasi yang menantang sekaligus aman bagi siapa pun yang ingin menaklukkannya. Jadi, jika kamu berencana mendaki Rinjani, jadikan menginap di Sembalun sebagai bagian dari petualanganmu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us