Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Modus Penipuan Ini Sering Terjadi di Tempat Wisata

ilustrasi membeli suvenir (pexels.com/Elias Jara)
ilustrasi membeli suvenir (pexels.com/Elias Jara)
Intinya sih...
  • Pemandu wisata palsu bisa membawa ke tempat tidak sesuai rencana dan memaksa beli produk.
  • Oknum warga lokal pura-pura ramah untuk mencuri uang atau ponsel dari turis yang lengah.
  • Harga suvenir yang tidak wajar dan tiket masuk palsu seringkali menjadi modus penipuan di tempat wisata.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sikap hati-hati harus selalu kita miliki di mana pun dan kapan pun. Terutama saat berwisata, baik di dalam maupun saat di luar negeri. Karena saat ini, banyak modus penipuan yang menargetkan para pelancong.

Kalau sudah jadi korban, bukan hanya liburanmu yang berakhir menyedihkan, uangmu juga bisa ludes loh. Nah, biar liburanmu tetap seru, coba deh kenali lima modus penipuan yang sering terjadi di tempat wisata berikut. Yuk, dibaca sambil diingat baik-baik supaya kamu tidak menjadi target utama para scammer.

1. Pemandu wisata palsu

ilustrasi pemandu wisata (pexels.com/Fernando Narvaez)
ilustrasi pemandu wisata (pexels.com/Fernando Narvaez)

Jasa pemandu wisata memang diperlukan demi kenyamanan saat berlibur. Mereka bisa memberikan informasi tentang destinasi yang akan dikunjungi lengkap dengan sejarah, budaya, dan berbagai fakta menarik. Mereka juga dapat membantu saat ada kendala bahasa.

Namun, tidak semua tour guide profesional. Ada juga yang palsu sambil mematok harga jasa yang sangat murah. Tapi justru membawa wisatawan ke tempat yang tidak sesuai dengan rencana awal hingga membawa ke destinasi wisata yang banyak pungli.

Selain itu, ada juga yang sudah bekerja sama dengan pedagang tertentu dan berakhir memaksa wisatawan ini untuk membeli produk yang ditawarkan. Liburan jadi berakhir tidak nyaman deh. Karena itulah, jangan asal memilih pemandu, ya! Pastikan kamu memilih yang sudah berpengalaman dan punya reputasi bagus.

2. Warga lokal yang pura-pura ramah

ilustrasi turis mengobrol dengan warga lokal (pexels.com/PNW Production)
ilustrasi turis mengobrol dengan warga lokal (pexels.com/PNW Production)

Saat dihampiri oknum warga lokal yang bertingkah ramah sebaiknya jangan langsung senang dulu. Karena ada juga modus kejahatan dengan menggunakan sikap ramah. Biasanya modus ini melibatkan tim untuk beraksi.

Salah satu orang akan mengajakmu mengobrol. Lalu, saat kamu mulai lengah, orang yang lain akan diam-diam mencuri uang maupun ponsel dari dalam tas yang kamu bawa. Ada juga yang pura-pura menjatuhkan badan hingga menjatuhkan barang.

Tujuannya sama, supaya atensimu terpecah. Dengan begitu, mereka bisa melancarkan aksinya. Karena itulah, kamu harus selalu menempatkan tas di bagian depan tubuh supaya barang yang kamu bawa aman.

3. Harga suvenir yang tidak wajar

ilustrasi membeli cendera mata (pexels.com/HONG SON)
ilustrasi membeli cendera mata (pexels.com/HONG SON)

Liburan tidak komplet rasanya kalau belum membeli cendera mata untuk keluarga maupun kerabat. Sayangnya, di tempat wisata lokal maupun mancanegara, pasti ada saja oknum yang menjual suvenir dengan harga fantastis ke turis. Padahal kualitas produknya terbilang standar.

Bukan hanya merugikan, sebagian wisatawan bisa kapok datang kembali karena merasa ditipu. Nah, biar kamu tidak menjadi target penipuan, lebih baik langsung saja beli suvenir di seniman lokal. Kualitasnya pasti dijamin bagus sesuai dengan harga.

Kamu bisa mencari tahu informasi tentang seniman lokal ini dari internet maupun dari orang sekitar yang pernah berlibur ke lokasi yang sama. Selain mendukung karya nyata, kamu pun bisa punya koleksi cendera mata bernilai seni dengan mutu terbaik.

4. Tiket masuk palsu

ilustrasi antrean pengecekan tiket masuk (pexels.com/Phil Nguyen)
ilustrasi antrean pengecekan tiket masuk (pexels.com/Phil Nguyen)

Tempat wisata yang mendadak viral, bisa mengundang ribuan orang untuk datang di hari yang sama. Antrean untuk membeli tiket masuk pun jadi membludak. Hal ini sering kali dimanfaatkan scammer untuk menggaet korban.

Biasanya melalui media sosial, mereka akan menawarkan tiket masuk dengan harga yang lebih rendah. Pembeli yang enggan mengantre pun langsung tertarik beli. Eh, setibanya di lokasi wisata, ternyata tiketnya palsu.

Alhasil, wisatawan ini tetap harus antre membeli lagi tiket di loket resmi. Jangan sampai kamu mengalami hal yang sama, ya. Cukup beli tiket masuk di platform resmi biar tidak kena tipu.

5. Penipuan ongkos transportasi

ilustrasi supir taxi menunggu penumpang (pexels.com/Tim Samuel)
ilustrasi supir taxi menunggu penumpang (pexels.com/Tim Samuel)

Berpindah dari satu lokasi wisata ke lokasi berikutnya tentu memerlukan jasa transportasi. Saat kamu tiba di luar bandara, stasiun, maupun terminal bus, pasti banyak yang menawarkan jasa ini. Kalau kamu tertarik, pastikan dulu untuk menegosiasikan harga sebelum naik.

Jangan langsung setuju karena ada saja oknum supir yang mematok harga tidak wajar. Mereka pun punya segudang alasan untuk membenarkan tingkahnya, dari argo yang rusak, jalanan macet, hingga barang bawaan turis yang terlalu berat. Pastikan kamu mendapat supir dengan harga yang sesuai atau gunakan aplikasi untuk memesan layanan driver secara daring.

Kelima modus penipuan di atas bisa menghasilkan untung sesaat. Tapi kalau terus menerus dilakukan, nantinya turis maupun penduduk lokal berpotensi merugi akibat stigma negatif yang muncul. Lama kelamaan tempat wisata jadi sepi sehingga penghasilan warga setempat pun berkurang drastis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us