Terjebak Badai saat Mendaki Gunung? Lakukan Hal Ini untuk Bertahan!

Mendaki gunung merupakan aktivitas menyatu dengan alam dan dipenuhi dengan berbagai tantangan. Tentu saja aktivitas ini menyimpan berbagai risiko yang tidak bisa diabaikan begitu saja, termasuk mengalami badai secara mendadak. Kondisi cuaca ekstrem di ketinggian memang memungkinkan terjadi perubahan secara drastis dan membuat pendaki pun rentan kehilangan arah, mengalami penurunan suhu tubuh, atau bahkan bisa menimbulkan masalah keselamatan jika tidak dihadapi dengan tanggap.
Badai di gunung biasanya bisa datang dengan angin kencang, hujan yang lebat, bahkan suhu yang bisa turun secara drastis, sehingga inilah yang membuat jarak pandang akan semakin terbatas. Oleh sebab itu, jika kamu sampai mengalami hal tersebut pada saat mendaki gunung, maka lakukan beberapa hal berikut ini agar bisa tetap bertahan dengan aman sampai kondisinya membaik atau bantuan datang.
1. Segera cari tempat berlindung yang aman

Pada saat badai mulai terasa, maka hal pertama yang harus kamu lakukan adalah dengan mencari terlebih dahulu tempat berlindung yang tidak terbuka atau berada di jalur longsoran. Sebaiknya hindari berteduh di bawah pohon tinggi, area terbuka, ataupun tepi jurang yang sangat rentan terkena sambaran petir dan angin kencang yang tidak terduga.
Carilah lokasi dengan kontur tanah yang datar dan terlindungi, seperti cekungan alami, di balik bukit, ataupun celah batu yang cukup besar dan tidak mudah longsor. Jika memang kamu membawa tenda, maka pasanglah tenda sekuat mungkin dengan menggunakan tali dan patok ekstra untuk mencegah agar tidak sampai terbawa angin, serta pastikan bagian bawahnya tetap dalam kondisi kering untuk mencegah potensi hipotermia.
2. Gunakan lapisan pakaian yang tepat

Suhu di gunung bisa saja mengalami penurunan secara drastis selama badai berlangsung, sehingga kamu tetap harus menjaga suhu tubuh agar tidak sampai mengalami hipotermia. Segera gunakan lapisan pakaian yang tahan air, windproof, serta inner layer yang mampu menyerap dan menahan panas tubuh secara lebih optimal.
Hindari penggunaan pakaian berbahan katun karena sifatnya yang mudah menyerap air dan sulit untuk kering. Hal itulah yang akan membuat tubuh kehilangan panas dengan lebih cepat. Gunakan jaket tahan air, sarung tangan, penutup kepala, hingga kaus kaki kering agar nantinya sirkulasi panas tubuh berjalan dengan stabil.
3. Hemat energi dan jangan panik

Berdiam diri di tempat aman dan menghemat tenaga dianggap lebih efektif daripada kamu terus bergerak ketika badai belum reda. Tubuh memerlukan energi untuk bisa mempertahankan suhu inti, sehingga setiap gerakan yang dianggap tidak penting hanya dapat mempercepat kelelahan dan meningkatkan potensi mengalami hipotermia.
Sebaiknya jangan panik dan tetaplah bernapas secara normal agar pikiran tetap jernih dan tidak sampai mengambil keputusan yang impulsif. Pada saat kondisi mulai memburuk, maka tenang merupakan senjata utama agar kamu bisa melihat situasi sekitar dan menunggu waktu terbaik untuk bergerak atau meminta bantuan.
4. Pantau perkembangan cuaca dan komunikasi

Jika kamu membawa alat komunikasi seperti GPS, HT, atau ponsel dengan jaringan darurat, maka sebaiknya gunakan perangkat tersebut untuk mengecek kondisi cuaca terbaru atau pun memberi sinyal terkait Keberadaanmu. Hal ini merupakan langkah krusial yang sangat membantu ketika berada dalam rombongan besar yang terpisah atau memang ingin melapor ke pos pendakian.
Perhatikan tanda-tanda adanya perubahan cuaca, seperti meredanya angin atau munculnya cahaya alami yang dianggap sebagai tanda bahwa badai sudah mulai reda. Namun, jangan terburu-buru untuk keluar dari perlindungan sebelum memastikan bahwa kondisi memang sudah benar-benar aman, sebab bisa jadi badai kembali datang.
Badai di gunung memang tidak bisa selalu diprediksi. Namun kesiapsiagaan dan pengetahuan dasar tentunya bisa membantu menyelamatkan nyawa. Dengan berusaha tetap tenang, maka risiko bisa diminimalisir dengan signifikan.