BI Rate Turun, Rupiah Lesu ke Rp16.271,5 per Dolar AS

- Faktor penyebab rupiah melemah hingga sore ini:
- Antisipasi pasar terhadap pidato hawkish Powell dan langkah S&P yang mempertahankan rating kredit AS.
- Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia menurunkan BI-Rate dan suku bunga Deposit Facility serta Lending Facility.
- BI sebut rupiah masih stabil dan cenderung menguat.
Jakarta, IDN Times - Pergerakan nilai tukar atau kurs rupiah ditutup melemah pada akhir perdagangan Rabu (20/8/2025). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melemah ke level Rp16.271,5 per dolar AS per dolar AS.
Rupiah tercatat melemah 26 poin atau 0,16 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya di posisi Rp15.297,5 per dolar AS.
1. Mayoritas mata uang di Asia melemah
Lebih rinci, mayoritas mata uang di Asia mengalami pelemahan hingga akhir perdagangan sore ini, dengan rincian:
Rupee India melemah 0,11 persen
Won Korea melemah 0,46 persen
Dolar Taiwan melemah 0,57 perse
Dolar Singapura melemah 0,03 persen
Dolar Hongkong melemah 0,13 persen
2. Faktor penyebab rupiah melemah hingga sore ini
Analis Pasar Uang, Fikri C. Permana mengatakan pelemahan rupiah hingga sore ini disebabkan oleh antisipasi pasar terhadap pidato hawkish Powell sepekan ini. Langkah S&P yang mempertahankan rating kredit AS juga mendukung dolar AS.
Di sisi lain ada faktor hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Agustus 2025 kembali memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,00 persen, dan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen.
3. BI sebut rupiah masih stabil dan cenderung menguat
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan nilai tukar rupiah tetap stabil dengan kecenderungan menguat didukung kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan berlanjutnya aliran masuk modal asing.
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Agustus 2025 (hingga 19 Agustus 2025) menguat sebesar 1,29 persen (ptp) dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2025.
"Perkembangan nilai tukar ini didukung oleh konsistensi kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan berlanjutnya aliran masuk modal asing, terutama ke instrumen SBN, serta meningkatnya konversi valas ke Rupiah oleh eksportir seiring penerapan penguatan kebijakan Pemerintah terkait Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA)," tegas Perry.