China Perpanjang Tenggat Waktu Penyelidikan Impor Susu dari Uni Eropa

- Impor susu UE merugikan industri lokal.
- Kompleksitas penyelidikan dipengaruhi regulasi dan struktur industri.
- Perselisihan dagang makin luas, tarik-menarik negosiasi berlanjut.
Jakarta, IDN Times – Kementerian Perdagangan China (MOFCOM) memperpanjang investigasi antisubsidi terhadap impor produk susu tertentu dari Uni Eropa (UE) selama enam bulan, hingga 21 Februari 2026. Keputusan ini diumumkan pada Senin (18/8/2025) dengan alasan kompleksitas kasus. Fokus investigasi mencakup periode subsidi April 2023–Maret 2024 serta dampaknya pada industri susu domestik sejak Januari 2020.
Investigasi yang dimulai pada 21 Agustus 2024 itu diajukan oleh Asosiasi Susu China dan Asosiasi Industri Susu China. Kedua asosiasi tersebut menilai produsen UE diuntungkan oleh subsidi pemerintah yang merugikan pasar dalam negeri.
Dilansir dari Global Times, mereka menyebut lonjakan impor produk susu dengan harga rendah telah memberikan pukulan serius terhadap produksi, operasi, serta kondisi keuangan produsen China hingga menimbulkan kerugian material pada sektor ini.
1. Impor susu meningkat tajam dan rugikan industri lokal

Data kepabeanan mencatat impor produk susu dari UE naik 25,8 persen antara 2020 hingga 2023. Kenaikan berlanjut pada kuartal pertama 2024 dengan pertumbuhan tambahan 11,3 persen dibanding periode sama tahun lalu. Lonjakan tersebut membuat keuntungan industri susu China anjlok drastis, dengan tingkat operasional hanya tersisa 10–50 persen, yang menjadi rekor terendah dalam sejarah.
Sementara itu, kekhawatiran muncul dari pihak Eropa, khususnya Prancis. Francois-Xavier Huard, CEO Asosiasi Industri Susu Prancis (FNIL), menyebut ekspor produk susu ke China bernilai sekitar 650 juta euro atau Rp12,3 triliun per tahun. Ia berharap solusi politik dapat ditemukan agar bea masuk tambahan bisa dihindari di tengah ketegangan dagang yang juga menyentuh sektor kendaraan listrik.
2. Kompleksitas penyelidikan dipengaruhi regulasi dan struktur industri

Menurut Zhou Mi, peneliti senior di Akademi Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Ekonomi China, perpanjangan ini diperlukan karena sifat kasus yang kompleks. Subsidi susu di Eropa berlangsung pada dua level, yakni kebijakan dari tiap negara anggota dan regulasi di tingkat UE. Perbedaan daya saing antarnegara juga membuat pengumpulan data serta analisis menjadi lebih sulit.
Dilansir dari Economic Times, Alexander Anton, sekretaris jenderal Asosiasi Susu Eropa, menilai keputusan ini sudah dapat diprediksi. Ia menjelaskan bahwa pejabat China sudah menjadwalkan kunjungan teknis pada awal September. Anton menambahkan, sektor susu UE tidak mengantisipasi hasil serupa dengan kasus brendi, sebab industrinya lebih tersebar dan tidak dikuasai oleh segelintir perusahaan besar.
3. Perselisihan dagang makin luas dan tarik-menarik negosiasi berlanjut

Kasus susu ini tidak berdiri sendiri, melainkan bagian dari konflik dagang yang memanas sejak 2023. Saat itu, Komisi Eropa memulai penyelidikan subsidi kendaraan listrik asal China, yang dibalas dengan investigasi terhadap daging babi, brendi, dan produk susu UE.
Dilansir dari Hurriyet Daily News, situasi kian memanas setelah UE menetapkan pajak impor hingga 35 persen untuk kendaraan listrik China pada Oktober 2024. China memperpanjang penyelidikan anti-dumping daging babi UE hingga Desember 2025 dan mengenakan bea masuk untuk brendi pada Juli lalu, meski beberapa produsen besar dibebaskan karena memenuhi harga minimum. China juga melayangkan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang kini sedang menilai tarif kendaraan listrik UE.
Juru bicara MOFCOM, He Yadong, menegaskan bahwa penyelidikan berlangsung sesuai hukum.
“Investigasi anti-dumping terhadap impor daging babi dari UE dan investigasi anti-subsidi terhadap impor produk susu UE sedang berlangsung. Tiongkok akan menangani kasus-kasus ini dengan cara yang terbuka dan transparan berdasarkan hukum dan peraturan Tiongkok serta dengan mengikuti aturan WTO, memastikan bahwa hak-hak semua pihak sepenuhnya dilindungi,” ujarnya.
Even Rogers Pay, analis Trivium China, melihat investigasi ini sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi tarif kendaraan listrik. Di sisi lain, Zhou Mi menyebut perpanjangan tenggat menunjukkan sikap bertanggung jawab China dalam menyelesaikan masalah perdagangan. Ia menekankan bahwa keputusan selalu didasarkan pada bukti faktual dan kepatuhan terhadap aturan WTO, dengan harapan UE merespons secara rasional demi keuntungan bersama.