Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Kelapa Gak Turun, Ekspor ke China-Eropa Biang Keroknya

ilustrasi kelapa parut (freepik.com/stockking)
ilustrasi kelapa parut (freepik.com/stockking)
Intinya sih...
  • Harga kelapa bulat naik lebih dari 4 kali lipat di tingkat petani, dipicu tingginya permintaan dari luar negeri.
  • Kenaikan permintaan kelapa bulat disebabkan oleh konsumsi susu kelapa dan minyak kelapa yang makin tinggi.
  • Pemerintah akan meningkatkan produksi kelapa bulat di Indonesia untuk menstabilkan harga di dalam negeri.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bekasi, IDN Times - Harga kelapa bulat belum kembali normal. Di wilayah Jabodetabek, harganya masih melampaui Rp15 ribu sampai Rp20 ribu per butir.

Padahal, biasanya harga kelapa bulat hanya di bawah Rp10 ribu per butir. Hal itu dikeluhkan sejumlah warga Jabodetabek. Salah satunya Namira, warga Bekasi.

"Harganya Rp18 ribu satu buah, itu pun ukuran kecil," kata dia kepada IDN Times, Selasa (19/8/2025).

Menurut Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, permintaan kelapa bulat memang masih tinggi, sehingga menyebabkan harga naik.

"Harga kelapa naik. Harga kelapa dunia naik, Malaysia butuh, China butuh," kata Amran di Tambun, Kabupaten Bekasi.

1. Harga naik lebih dari empat kali lipat

IMG_6499.jpeg
Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Di tingkat petani, harga kelapa bulat biasanya Rp1.350 per butir, dan kini tembus Rp4.000 sampai Rp10 ribu per butir. Dikarenakan tingginya permintaan dari luar negeri, sehingga banyak kelapa yang diproduksi petani lokal diekspor ke luar negeri.

"Kami sudah monitor, dan itu berkah untuk petani kelapa Indonesia. Karena ada pergeseran konsumen pangan, khususnya kelapa di China dan beberapa negara lain. Itu menjadi favorit," ujar Amran.

2. Diolah jadi susu kelapa dan minyak kelapa

Ilustrasi Kelapa Parut (pexels.com/@tijana-drndarski)
Ilustrasi Kelapa Parut (pexels.com/@tijana-drndarski)

Kenaikan permintaan kelapa bulat itu disebabkan konsumsi susu kelapa (coconut milk) dan minyak kelapa (virgin coconut oil atau VCO) makin tinggi.

"Sekarang terjadi pergeseran pola makan, yaitu coconut milk untuk China, dan VCO itu juga harganya tinggi banget, Rp145 ribu per kilogram," tutur Amran.

3. Bakal tingkatkan produksi kelapa bulat

Pohon kelapa (commons.wikimedia.org/Nicholas Hartmann)
Pohon kelapa (commons.wikimedia.org/Nicholas Hartmann)

Amran mengatakan, sentra produksi kelapa bulat di Indonesia tersebar di Riau, Jambi, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Untuk menstabilkan kenaikan harga kelapa bulat di dalam negeri, Kementan mendorong produksi dinaikkan. Dia mengatakan, pihaknya sudah mengantongi anggaran demi pembibitan kelapa bulat.

"Kemudian, kami replanting, memelihara dengan baik, agar produktivitasnya naik, dan terakhir hilirisasi. Bila perlu, kami ekspornya adalah VCO dengan coconut milk," ujar Amran.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us