Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] (Bukan) Perempuan Takut Perempuan

ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/Julia Larson)

Suara kita seharusnya sama
Menjadi pendukung untuk yang lainnya
Menjadi penopang di kala dunia membebani jiwa
Sebab terjebak dogma yang kian miris dan sakit

Kita seharusnya saling menguatkan
Bukan menjatuhkan, menghakimi, atau meremehkan
Dalam perang tak kasatmata yang seolah enggan untuk usai
Namun, cibiran dan tatapan sinis itu nyalar berseru
Memunculkan luka baru yang membiru

Katamu, “Perempuan memang sulit untuk memilih”
“Perempuan jangan terlalu kuat dan mandiri”
“Perempuan jangan kelamaan sendiri”
“Perempuan pakai perasaan, bukan logika”
“Perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi”
“Perempuan ditakdirkan sebagai penurut, bukan pelopor”
Dan kalimat-kalimat usang lainnya yang memenjarakan

Kita seharusnya teman
Yang senantiasa merangkul dan memeluk kala kesusahan
Bukan musuh yang merasa tidak aman dan terancam
Lantas menikam dengan kata-kata yang kejam

Untuk puan,
Dunia kita bukan selayaknya kompetisi
Bukan tentang siapa yang paling cantik
Atau yang paling gemilang dalam ceritanya
Pun yang paling sempurna tanpa cela
Melainkan tentang kekuatan untuk tumbuh bersama

Sebab, di balik setiap senyum dan asa
Ada perjuangan yang hanya kita yang mampu merasa
Maka, saling mendukunglah dan saling ada
Terus menyuarakan bahwa kita berdaya

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us