Profil Masjid Al-Bakrie, Masjid Ramah Lingkungan dan Inklusif

- Masjid Al-Bakrie memiliki sistem resapan air dan 50 lubang biopori untuk pengelolaan air.
- Memiliki hemat energi lewat pemakaian lampu LED dan rencana penggunaan panel surya di masa depan.
- Terlibat aktif dalam pengelolaan sampah dengan bank sampah, edukasi lingkungan, dan ramah anak, disabilitas, serta hewan sekitar.
Jakarta, IDN Times – Masjid Al-Bakrie yang terletak di Kompleks Rasuna Epicentrum, Jakarta Selatan, berhasil masuk ke 10 besar kompetisi Piala Gubernur Masjid Eco-Friendly yang digelar melalui kolaborasi antara IDN Times dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Penilaian masjid dilakukan oleh dewan juri yang terdiri dari Pemimpin Redaksi IDN Times, Uni Lubis, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLH-SDA) Majelis Ulama Indonesia, Hayu Susilo Prabowo, dan Sekretaris DMI Jakarta Selatan, Rahadi Mulyanto. Para pemenang kompetisi ini akan diumumkan pada 22 Juni 2025 nanti, bertepatan dengan HUT ke-498 DKI Jakarta.
Berikut ini adalah profil Masjid Al-Bakrie.
1. Punya sistem resapan air dan 50 lubang biopori

Masjid Al-Bakrie dirancang sejak awal dengan sistem pengelolaan air yang cermat. Setiap pipa pada tenda plaza masjid difungsikan sebagai saluran air hujan, yang kemudian dialirkan ke dalam tanah, dan ditampung dalam sumur resapan. Sumur ini nantinya berperan sebagai cadangan air saat kemarau tiba.
Selain itu, di berbagai titik di kawasan masjid terdapat lebih dari 50 lubang biopori yang tersebar di seluruh area, termasuk di area parkir mobil dan motor. Area parkir menggunakan permukaan conblock yang memungkinkan air hujan dapat langsung meresap ke tanah.
2. Hemat energi lewat pemakaian lampu LED

Untuk menghemat energi, sekitar 95 persen area masjid telah menggunakan lampu LED yang dikenal lebih efisien dalam penggunaan energi dan hemat biaya. Pemakaian lampu LED dianggap lebih ramah lingkungan karena mengurangi konsumsi energi dan limbah.
Ke depannya, Masjid Al-Bakrie berencana mengadopsi penggunaan panel surya sebagai langkah lanjutan dalam mewujudkan efisiensi energi yang berkelanjutan.
3. Aktif kelola sampah dengan bank sampah

Masjid Al-Bakrie juga terlibat aktif dalam pengelolaan sampah dengan menggandeng pihak Kelurahan Menteng Atas, melalui pemanfaatan Bank Sampah yang terletak tidak jauh dari lokasi masjid.
Petugas kebersihan masjid bertugas memilah berbagai jenis sampah kertas/kardus, botol plastik, besi, serta sampah organik (basah). Sampah-sampah kering yang telah dipilah, akan diserahkan ke Bank Sampah agar dapat memiliki nilai ekonomis. Sementara itu, sampah basah akan diangkut dan dibuang ke tempat Penampungan Akhir (TPA) melalui tim PSSU Kelurahan Menteng Atas dan petugas kebersihan kawasan Rasuna Epicentrum.
4. Edukasi lingkungan lewat hidroponik dan kampanye hemat air

Dengan bantuan hibah dari BAZIS/BAZNAS DKI Jakarta berupa fasilitas bangunan, perlengkapan hidroponik, bibit tanaman, dan sarana juga prasarana penunjang lainnya, DKM Masjid Al-Bakrie berkolaborasi dengan Majelis Taklim Ibu-Ibu dan LAZNAS Bakrie Amanah. Kerja sama ini diwujudkan melalui program pelatihan serta penanaman tanaman hidroponik di lingkungan masjid.
Dalam pelaksanaan pelatihan, beberapa anggota masyarakat dilibatkan dan diberikan pembekalan tentang teknik budidaya tanaman hidroponik yang tepat. Dari kegiatan ini, beberapa kali berhasil panen dan hasilnya dijualkan kepada masyarakat.
Implementasi eco friendly lainnya yang dilakukan Masjid Al-Bakrie adalah kampanye konservasi air. Tujuan utama dari kampanye ini adalah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pentingnya menghemat air dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memberikan pemahaman tentang keterbatasan sumber air dan dampaknya terhadap lingkungan, diharapkan masyarakat dapat mengambil keputusan yang lebih bijak saat menggunakan air.
5. Ramah anak, disabilitas, dan hewan sekitar

Sejak pertama kali dibangun hingga kini, Masjid Al-Bakrie memiliki area halaman dan ruang yang aman serta nyaman bagi anak-anak. Hal ini menjadikan masjid sebagai tempat yang ideal untuk berkumpul dan melakukan berbagai aktivitas yang positif, kreatif, inovatif, sekaligus rekreatif.
Salah satu bentuk pemanfaatan ruang tersebut adalah dengan menyelenggarakan pelatihan Pencak Silat, yang dilakukan dua kali seminggu. Ini menunjukkan, Masjid Al-Bakrie tidak hanya berfungsi sebagai ruang ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai area bermain untuk anak-anak.
Komitmen Masjid Al-Bakrie dalam menciptakan ruang yang ramah lingkungan tidak berhenti pada aspek sosial. Sebagai masjid yang termasuk dalam kategori Masjid Ramah Lingkungan (MRL), bangunan dan desain arsitekturnya dirancang dengan menerapkan aspek keberlanjutan. Salah satu contohnya adalah kepedulian terhadap hewan, seperti memberi perhatian pada kucing-kucing yang hidup di sekitar masjid.
Dalam mewujudkan ruang ibadah yang inklusif dan nyaman, Masjid Al-Bakrie juga dirancang dengan memperhatikan kebutuhan penyandang disabilitas. Hal ini bertujuan supaya penyandang disabilitas dapat beribadah dan ikut serta dalam berbagai kegiatan di masjid dengan nyaman. Sejumlah fasilitas untuk disabilitas yang disediakan, antara lain:
Ramp: Jalur landai sebagai pengganti tangga untuk pengguna kursi roda.
Toilet khusus disabilitas: Toilet yang didesain untuk pengguna kursi roda dengan pegangan dan ruang yang cukup
Tempat wudhu khusus: Tempat wudhu yang mudah diakses oleh pengguna kursi roda atau yang memiliki keterbatasan fisik.
Peralatan bantu: Tersedia kursi roda, kursi lipat, dan alat bantu lainnya yang dibutuhkan.
Tempat parkir: Tempat parkir khusus yang dekat dengan pintu masuk masjid