Banjir Bandang di China Tewaskan 13 Orang, Puluhan Lainnya Hilang

- China memindahkan ribuan orang ke daerah aman dan mengirim personel penyelamat serta bantuan darurat.
- Presiden Xi Jinping memerintahkan upaya penyelamatan maksimal dan pemulihan komunikasi serta transportasi secepat mungkin.
- Bencana alam di China terkait dengan perubahan iklim akibat emisi bahan bakar fosil, yang meningkatkan intensitas cuaca ekstrem.
Jakarta, IDN Times - Banjir bandang yang dipicu oleh hujan deras di Provinsi Gansu, China telah meningkat menjadi 13 orang dan menyebabkan 30 orang hilang hingga siang hari pada Sabtu (9/8/2025). Bencana tersebut disebabkan oleh hujan deras yang dimulai pada 7 Agustus 2025.
Sebanyak delapan kotamadya setempat terdampak banjir bandang, dengan kerusakan parah pada jalan, pasokan listrik, komunikasi, dan fasilitas lainnya. Banjir juga telah merendam lahan pertanian dan merusak rumah-rumah.
Hujan deras mengakibatkan curah hujan maksimum 220,2 mm pada Jumat siang di Yuzhong dan beberapa wilayah juga terdampak parah, CGTN melaporkan.
1. Tanggapan China atas bencana tersebut
Sebagai respons, pihak berwenang telah memindahkan 9.828 orang ke daerah aman dan menyelamatkan 443 orang yang terjebak. Pihaknya juga mengirim lebih dari 2.700 personel penyelamat, 980 kendaraan, dan ribuan perlengkapan darurat.
Pejabat setempat bekerja sama dengan biro meteorologi provinsi mengeluarkan peringatan merah, tingkat peringatan tertiggi dalam sistem 4 tingkat China, untuk bencana geologi. Lalu, diikuti peringatan oranye untuk hujan deras dan bahaya geologi, yang memperingatkan risiko yang sedang berlangsung di Provinsi Gansu.
Saat ini, upaya pencarian dan penyelamatan orang hilang, perbaikan infrastruktur, serta evakuasi dan pemukiman kembali warga terdampak sedang berlangsung.
Perencana ekonomi utama China telah mengalokasikan 100 juta yen (sekitar Rp226,6 miliar) untuk bantuan bencana di Gansu.
2. Presiden Xi perintahkan upaya maksimal dalam penyelamatan warga

Baru-baru ini, Presiden China Xi Jinping memerintahkan upaya penyelamatan maksimal dalam menyelamatkan orang hilang. Ia juga memperingatkan pemerintah daerah agar tidak lupa dan bersikap tidak peduli terhadap kejadian cuaca ekstrem akhir-akhir ini.
"Prioritas utama haruslah melakukan segala upaya yang memungkinkan untuk mencari dan menyelamatkan orang hilang, merelokasi dan meminimalkan korban jiwa," kata Xi, dikutip dari CCTV.
Xi juga menyerukan pemulihan komunikasi dan transportasi secepat mungkin.
3. Cuaca ekstrem di China terkait dengan perubahan iklim

Dalam beberapa minggu terakhir, curah hujan yang memecahkan rekor telah melanda wilayah utara dan selatan China. Bencana alam kerap terjadi di negara itu, terutama di musim panas ketika beberapa wilayah mengalami hujan deras sementara wilayah lain dilanda panas terik.
Para ilmuwan memperingatkan bahwa intensitas dan frekuensi peristiwa cuaca ekstrem akan meningkat. Hal ini disebabkan Bumi yang terus memanas akibat emisi bahan bakar fosil dan berdampak pada perubahan iklim.
Untuk diketahui, China adalah penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia dan juga merupakan negara dengan energi terbarukan terbesar di dunia, dilansir The Straits Times.