Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bantuan Dibatasi Israel, 66 Anak di Gaza Meninggal akibat Malnutrisi

anak-anak Gaza. (unsplash.com/Mohammed Ibrahim)
anak-anak Gaza. (unsplash.com/Mohammed Ibrahim)
Intinya sih...
  • Israel dituduh sengaja membuat warga Gaza kelaparan.
  • Setiap hari ada 112 anak Gaza dirawat akibat malnutrisi.
  • Pembagian bantuan di Gaza kacau dan mematikan.

Jakarta, IDN Times - Total 66 anak dilaporkan telah meninggal dunia di Jalur Gaza akibat menderita malnutrisi akut. Kematian ini terjadi akibat blokade Israel yang telah membatasi pasokan kebutuhan dasar bagi warga sipil.

Badan anak-anak PBB, UNICEF, melaporkan bahwa lonjakan kasus malnutrisi telah mencapai level yang mengkhawatirkan dengan lebih dari 5.100 anak dirawat pada Mei 2025. Angka tersebut naik hampir 50 persen dari bulan April dan 150 persen dari bulan Februari 2025.

Salah satu pemicu utama krisis ini adalah kelangkaan susu formula bayi yang kritis di seluruh wilayah tersebut. Menurut NBC News, rumah sakit bahkan sudah tidak memiliki susu formula Tipe 1 dan 2 yang esensial untuk bayi baru lahir.

1. Israel dituduh sengaja membuat warga Gaza kelaparan

Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh Israel sengaja menggunakan kelaparan sebagai senjata untuk memusnahkan warga sipil. Mereka juga menganggap Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman turut bertanggung jawab atas bencana ini melalui dukungan mereka untuk Israel.

"Tindakan ini merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, serta wujud penggunaan kelaparan secara sengaja oleh Israel untuk memusnahkan warga sipil. Ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa," bunyi pernyataan otoritas Gaza tersebut, dikutip dari The New Arab, pada Sabtu (28/6/2025).

Akibat blokade, sistem kesehatan di Gaza kini mengalami kelangkaan untuk 55 persen obat-obatan dan pasokan medis. Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, juga melaporkan bahwa kinerja petugas medis terhambat oleh kerusakan parah pada berbagai fasilitas kesehatan di Gaza.

2. Setiap hari ada 112 anak Gaza dirawat akibat malnutrisi

anak-anak di Gaza mengantre untuk makanan. (UNRWA, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)
anak-anak di Gaza mengantre untuk makanan. (UNRWA, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan 112 anak dilarikan ke rumah sakit di Gaza setiap harinya untuk mendapatkan perawatan malnutrisi. UNICEF menambahkan, tanpa perawatan mendesak dan air bersih, anak-anak yang menderita malnutrisi akut akan menghadapi risiko kematian yang tinggi.

"Setiap kasus ini seharusnya dapat dicegah. Makanan, air, dan perawatan gizi yang sangat mereka butuhkan dihalangi sehingga tidak sampak ke mereka," ujar Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Edouard Beigbeder, dilansir Al Jazeera.

Melansir Anadolu Agency, salah satu di antara para korban adalah bayi berusia tiga bulan, Jouri al-Masri. Ia meninggal dunia karena keluarganya tidak bisa mendapatkan susu terapeutik khusus untuknya. Dokter di lapangan mengungkap, anak-anak yang kekurangan protein mengalami komplikasi parah seperti pembengkakan, infeksi, hingga kegagalan organ.

Krisis ini juga berdampak buruk pada ibu hamil, dengan 56 persen di antaranya dilaporkan menderita kekurangan gizi. Kondisi tersebut berkontribusi pada lebih dari 2.100 kasus keguguran yang tercatat antara bulan Januari hingga Mei saja.

3. Pembagian bantuan di Gaza kacau dan mematikan

pemandangan reruntuhan di Gaza. (pixabay.com/hosnysalah)
pemandangan reruntuhan di Gaza. (pixabay.com/hosnysalah)

Dokter asal AS yang menjadi relawan di Khan Younis, dr. Aziz Rahman, menilai krisis ini adalah bencana buatan manusia.

"Bisakah kita memberi makan bayi-bayi ini? Jawabannya sederhana, izinkan bantuan masuk. Solusinya mudah, masalah ini adalah buatan manusia," katanya.

Selain jumlah bantuan yang minim, sistem distribusi yang ada juga diwarnai kekerasan. Lebih dari 550 orang dilaporkan tewas saat mencoba mendapatkan makanan. Sebagian besar insiden terjadi di dekat lokasi distribusi yang dijalankan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah lembaga dukungan AS-Israel. PBB menolak bekerja sama dengan lembaga ini karena sistemnya dinilai melanggar prinsip kemanusiaan.

Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, menyebut operasi GHF tidak aman dan telah membunuh orang. Organisasi Dokter Tanpa Batas bahkan mengutuk sistem tersebut sebagai rumah jagal berkedok bantuan kemanusiaan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us