Freedom Flotilla Kirim Kapal Bantuan Baru ke Gaza Pekan Ini

- Kapal Handala akan berangkat dari Sisilia.
- Misi bantuan FFC untuk Gaza telah berlangsung sejak 2010.
- PBB desak Israel agar izinkan masuknya bahan bakar ke Gaza.
Jakarta, IDN Times - Freedom Flotilla Coalition (FFC) akan memberangkatkan kapal baru menuju Gaza pada Minggu (13/7/2025) sebagai upaya untuk menembus blokade Israel terhadap wilayah Palestina tersebut.
Kapal bernama 'Handala' ini akan membawa bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa meskipun terdapat ancaman dari Israel. Misi ini diluncurkan hanya beberapa pekan setelah Madleen, kapal bantuan FFC lainnya, disita oleh pasukan Israel secara ilegal di perairan internasional.
Seluruh 12 aktivis yang berada di dalam kapal tersebut ditangkap, termasuk aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg, anggota parlemen Prancis-Palestina Rima Hassan, dan reporter Al Jazeera Mubasher asal Prancis, Omar Faiad. Sebagian besar dari mereka ditahan selama beberapa hari di fasilitas penahanan Israel dan mengalami perlakuan kasar, sebelum akhirnya dideportasi ke negara asal masing-masing. Perlakuan Israel terhadap kru FFC memicu kecaman global.
1. Kapal Handala akan berangkat dari Sisilia
Sama seperti Madleen, Handala akan berangkat dari Sisilia di Italia. FFC mengungkapkan bahwa relawan medis, aktivis, relawan medis dan jurnalis akan ikut serta dalam pelayaran tersebut.
"Kapal Freedom Flotilla berikutnya akan berangkat dalam beberapa hari mendatang," tulis Rima Hassan dalam pernyataan di X. Belum jelas siapa saja aktivis yang akan ikut serta dalam pelayaran tersebut, atau apakah Hassan akan kembali mengambil bagian dalam misi ini.
Nama kapal tersebut diambil dari tokoh ikonik Palestina, Handala, seorang anak pengungsi bertelanjang kaki dengan berambut runcing yang membelakangi ketidakadilan. Kartun yang diciptakan oleh kartunis politik Naji al-Ali ini kemudian menjadi salah satu simbol nasional paling dikenal yang menggambarkan perjuangan rakyat Palestina.
Sementara itu, nama kapal sebelumnya, Madleen, terinsiprasi dari Madleen Kulab, satu-satunya nelayan perempuan di Gaza.
2. Misi bantuan FFC untuk Gaza telah berlangsung sejak 2010
Dilansir dari The New Arab, FFC telah mengirimkan kapal ke Gaza sejak 2010 sebagai bagian dari upaya menembus blokade Israel. Tel Aviv mulai memberlakukan pengepungan terhadap Gaza sejak 2007 setelah Hamas menguasai wilayah tersebut. Blokade semakin diperketat sejak perang kembali meletus pada Oktober 2023, yang memicu kelaparan meluas dan meningkatnya kasus malnutrisi di kalangan masyarakat Gaza.
"Kami bukan pemerintah. Kami adalah manusia, mengambil tindakan ketika institusi telah gagal," kata FFC dalam sebuah pernyataan pada Senin (7/7/2025).
Kapal Handala sebelumnya telah berlayar ke berbagai pelabuhan di Eropa dan Inggris pada 2023 dan 2024 dalam upaya menjangkau publik serta membangun solidaritas.
3. PBB desak Israel agar izinkan masuknya bahan bakar ke Gaza
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 57.575 warga Palestina dan melukai 136.879 lainnya. Kampanye militer ini diluncurkan setelah Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang diperkirakan menewaskan 1.139 orang di Israel dan menyebabkan lebih dari 200 lainnya disandera.
Dilansir dari Al Jazeera, kantor kemanusiaan PBB (OCHA) memperingatkan bahwa krisis bahan bakar di Gaza yang disebabkan oleh blokade Israel telah mencapai titik kritis, dan akan menyebabkan kematian dan penderitaan lebih lanjut di wilayah tersebut.
“Rumah sakit mulai melakukan penjatahan. Ambulans tak lagi bisa beroperasi. Sistem air berada di ambang kehancuran. Kematian yang kemungkinan sudah terjadi akibat situasi ini bisa meningkat drastis jika otoritas Israel tidak segera mengizinkan masuknya pasokan bahan bakar — secara mendesak, rutin, dan dalam jumlah yang memadai," demikian pernyataan dari OCHA.