Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hotel Bersejarah di Haiti Dibakar Geng Bersenjata

ilustrasi pemadam kebakaran (pexels.com/Milton Moreira)
ilustrasi pemadam kebakaran (pexels.com/Milton Moreira)
Intinya sih...
  • Serangan geng bersenjata terhadap Hotel Oloffson di Port-au-Prince, Haiti, memicu bentrokan antara geng dan polisi serta menyebabkan kebakaran.
  • Wilayah sekitar hotel sudah dalam status terlarang sejak Maret lalu.
  • Hotel Oloffson memiliki sejarah panjang dan arsitektur khas.

Jakarta, IDN Times – Hotel Oloffson di Port-au-Prince, Haiti, yang dikenal sebagai ikon budaya dan bangunan bersejarah, dibakar habis oleh geng bersenjata pada Sabtu (5/7/2025). Bangunan bergaya gotik gingerbread ini sebelumnya sempat menjadi pusat kehidupan seni dan budaya di Haiti, namun sudah beberapa tahun ditutup karena kekerasan geng. Pembakaran ini mengakhiri harapan masyarakat untuk melihat hotel itu dibuka kembali.

Kabar hilangnya Oloffson menyebar cepat di media sosial dan memicu duka luas dari warga Haiti hingga komunitas internasional. Manajer hotel, Richard Morse, mengonfirmasi kebakaran itu lewat unggahan singkat di X pada Senin (7/7/2025).

“Hotel tersebut melahirkan begitu banyak budaya dan ekspresi,” kata penyanyi Haiti-Amerika, Riva Précil, dikutip dari South China Morning Post.

1. Geng bersenjata teror lokasi dan bunuh petugas

Serangan terhadap lingkungan Carrefour-Feuilles, lokasi hotel, berlangsung sejak Sabtu malam dan memicu bentrokan antara geng dan polisi. Seorang warga bernama James Jean-Louis mengaku melihat api menyala dari perbukitan saat polisi dan geng saling baku tembak. Jurnalis tidak bisa masuk ke wilayah tersebut karena dikuasai geng bersenjata.

Wilayah sekitar Oloffson sudah dalam status terlarang sejak Maret lalu, menyusul perebutan wilayah oleh geng. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 90 persen Port-au-Prince kini dikuasai geng dan lebih dari 4 ribu orang tewas sepanjang tahun ini. Kebakaran hotel ini menjadi bagian dari pola kekerasan geng yang makin brutal di ibu kota Haiti.

Dalam dua hari, video hotel terbakar viral di media sosial, sementara Avenue Fouchard dipenuhi suara tembakan. Dua polisi tewas dalam penyergapan terpisah, yaitu Olrich Joseph dari unit SWATT di Viard dan anggota Unit Taktis Anti-Geng di Charrier. Serangan lainnya terjadi di Mirebalais, menewaskan satu petugas dan membuat satu lainnya disandera lalu dipermalukan dalam video.

Dilansir dari Haitian Times, pihak berwenang mencatat delapan orang tewas, beberapa hilang, dan tiga kendaraan dicuri dalam kejadian tersebut. Gelombang serangan ini juga membatalkan hari terakhir ujian nasional siswa kelas 9 di Lascahobas. Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) mencatat bahwa 7.500 orang sudah mengungsi akibat konflik bersenjata di wilayah Dataran Rendah.

2. Hotel Oloffson miliki sejarah panjang dan arsitektur khas

Hotel Oloffson awalnya adalah istana musim panas presiden pada awal 1900-an sebelum diubah menjadi rumah sakit militer oleh Korps Marinir AS. Pada 1930-an, seorang kapten laut asal Swedia mengubahnya menjadi hotel, dengan bangunan aslinya dibangun oleh keluarga mantan Presiden Tirésias Simon Sam. Sejarah panjangnya terkait erat dengan intervensi militer dan transisi politik di Haiti.

Arsitektur gingerbread khas Haiti menjadi ciri khas hotel ini, dengan ukiran rumit dan atap miring yang unik. Hotel ini juga menginspirasi novel The Comedians karya Graham Greene yang menggambarkan suasana kelam di era Papa Doc. Saat pariwisata runtuh di masa diktator Duvalier, Oloffson tetap menjadi tempat aman bagi wartawan dan pekerja bantuan.

Oloffson pernah menjadi tempat berkumpul para seniman, politisi, dan tokoh terkenal dunia seperti Jackie Kennedy dan Tennessee Williams. Hotel ini selamat dari berbagai kudeta, kekejaman politik, dan gempa 2010. Suasana verandanya penuh kenangan, dari dentuman drum hingga cerita-cerita bohemian yang ditulis di atas serbet penuh noda rum.

3. Pemilik dan masyarakat berduka, tapi masih ada harapan

Richard Morse yang selama ini mengelola hotel dari jarak jauh sejak 2022, mengatakan sudah mendengar desas-desus tentang kerusakan.

“Jadi ketika saya mendengar pada Minggu pagi bahwa itu terbakar, saya melakukan apa yang biasa saya lakukan, yaitu menelepon seseorang yang memiliki drone dan meminta mereka untuk melihat,” katanya kepada Associated Press.

Morse telah menghabiskan hampir 30 tahun hidupnya di hotel itu. Putrinya, Isabelle Morse, mengatakan bahwa ayahnya sangat menikmati kehadiran para seniman dan fotografer di hotel.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us