AS Ancam Keluar dari OAS Imbas Masalah Haiti dan Venezuela

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS), pada Kamis (26/6/2025), mengancam akan menarik diri dari Organization of American States (OAS). Langkah ini terkait tuduhan krisis politik di Venezuela dan Haiti.
“Sejujurnya dan saya adalah orang jujur bahwa saya tidak tahu kapan ulasan terkait masalah ini akan selesai. Kami masih akan melihat bagaimana relevansi keanggotaan AS di dalam OAS,” terangnya.
Pada 2023, Nikaragua memutuskan keluar dari keanggotaan OAS. Keputusan ini didasarkan atas tuduhan OAS mengintervensi urusan dalam negeri Nikaragua.
1. AS kritik OAS soal krisis politik di Venezuela dan Haiti
Wakil Sekretaris Keamanan AS, Christopher Landau, mengatakan bahwa OAS telah gagal secara substansial dalam menangani kecurangan pemilu yang dilakukan oleh Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
“Meskipun terdapat banyak kejanggalan, Maduro tetap dilantik sebagai presiden Venezuela. Jika kami tidak mampu merespons rezim yang melanggar norma internasional dan integritas di negara tetangga, maka apa tujuan dari organisasi ini?” tuturnya, dikutip EFE.
Ia pun menilai OAS tidak dapat menangani permasalahan di Haiti di tengah teror dari geng kriminal dan kelumpuhan politik di negara tersebut.
“AS tidak dapat melanjutkan beban finansial untuk menangani ini sendirian. Jika OAS tidak bersedia menangani masalah di Haiti, lalu kenapa ada organisasi ini,” tambahnya.
2. Kolombia mendukung penuh kinerja OAS

Menteri Luar Negeri Kolombia, Laura Sarabia, mengungkapkan bahwa OAS adalah organisasi yang sah untuk melakukan perdebatan soal masalah regional di Benua Amerika.
“Kami harus memperkuat OAS dan memperkuat persatuan di kawasan. Melalui organisasi ini, kami dapat berdiskusi soal masalah yang dihadapi oleh setiap negara. Venezuela dan Haiti adalah bagian dari masalah yang berusaha diselesaikan,” ujarnya.
Sementara itu, AS dikenal sebagai penyumbang dana terbesar di OAS yang mencapai 50 persen dari seluruh pendanaan. Namun, AS belum membayarkannya pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump.
3. AS minta Amerika Latin memihak antara Iran dan Israel
Pada Senin (23/6/2025), AS meminta kepada negara-negara Amerika Latin untuk memihak dalam konflik Iran-Israel. Washington mendorong negara-negara anggota OAS untuk mendukung Israel dan menghentikan program nuklir Iran.
“Ini adalah kesempatan besar bagi negara-negara di kawasan untuk menentukan keberpihakan mereka terhadap konflik Iran dan Israel. Apakah mereka mendukung negara teroris atau apa posisi mereka. Setiap negara harus menentukan,” ungkapnya, dilansir Buenos Aires Times.
Washington menyebut kesediaannya dalam memimpin di kawasan dan bekerja sama dengan OAS untuk membantu melawan geng kriminal, termasuk dengan memblokir peredaran senjata ilegal dan membangun infrastruktur keamanan.