Ethiopia Berhasil Selesaikan Bendungan Raksasa di Sungai Nil

- Ethiopia memastikan GERD tidak akan mengganggu Mesir dan Sudan
- GERD disebut akan menjadi bendungan terbesar di Afrika
- Dialog antara Mesir dan Ethiopia mengalami jalan buntu
Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Ethiopia, Abiy Ahmed, pada Kamis (3/7/2025), mengumumkan penyelesaian pembangunan bendungan raksasa di Sungai Nil.
Ia mengatakan bahwa proyek bendungan yang dijuluki Grand Ethiopian Renaissance Dam (GERD) tersebut akan diresmikan pada September 2025. Ia menyebut, langkah ini menjadi tonggak sejarah penting di Ethiopia.
Pembangunan proyek ini sudah dilakukan sejak 2011 dan memakan biaya sebesar 4 miliar dolar AS (Rp64,9 triliun). Bendungan ini terletak 500 km barat laut Addis Ababa.
1. Sebut tidak akan mengganggu Mesir dan Sudan
Abiy mengungkapkan bahwa Ethiopia selalu memikirkan tetangganya. Ia memastikan bendungan ini tidak mengganggu dan mengorbankan Mesir dan Sudan.
“Kami tetap berkomitmen agar pertumbuhan kami tidak mengorbankan saudara kami di Mesir dan Sudan. Kami percaya bahwa bendungan ini untuk berbagi energi dan air kepada negara tetangga,” ungkapnya, dikutip Africa News.
Ia menambahkan, kesejahteraan dari pembangunan bendungan ini tidak untuk Ethiopia semata, tapi juga untuk seluruh negara yang dialiri oleh Sungai Nil.
Abiy menyebut bendungan ini krusial bagi pembangunan ekonomi negaranya dan akan mengeluarkan jutaan warga Ethiopia dari kemiskinan karena akan menjadi eksportir listrik utama di kawasan.
2. GERD disebut akan menjadi bendungan terbesar di Afrika
Ethiopia mengklaim bahwa GERD akan menjadi bendungan hidroelektrik terbesar di Benua Afrika. Bendungan di aliran Sungai Nil tersebut memiliki lebar 1,8 km dan tinggi 145 meter.
Melansir TRT Global, Ethiopia pertama kali memanfaatkan bendungan tersebut sebagai pembangkit listrik pada Februari 2022. Setelah berfungsi penuh pada September nanti, bendungan raksasa ini akan menahan aliran air hingga 74 meter kubik dan membangkitkan listrik lebih dari 6 ribu megawatt.
Di sisi lain, Ethiopia merupakan negara dengan penduduk terbesar kedua di Afrika setelah Nigeria dengan 130 juta penduduk. Negara Afrika Timur itu membutuhkan pembangkit listrik baru imbas tingginya laju pertumbuhan penduduk.
3. Mesir sebut dialog dengan Ethiopia menemui jalan buntu
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty mengungkapkan bahwa dialog terkait pembangunan GERD mengalami jalan buntu dan negosiasi selama 12 tahun berakhir.
“Setelah 12 tahun berdialog, negosiasi tidak membuahkan hasil konkret. Ethiopia menggunakan proses ini untuk melakukan langkah sepihak dan tidak bergerak ke arah persetujuan yang adil bagi kedua pihak,” ujarnya.
Ia meyebut, pentingnya menanamkan kepercayaan antara Mesir dan Ethiopia sebagai negara tetangga. Ia mengatakan, Sungai Nil adalah aliran air yang bersejarah dan sangat penting bagi Mesir. Mesir saat ini hanya menerima 55,5 miliar kubik meter air per tahun. Padahal, Mesir sebelumnya dapat menerima 90 miliar kubik meter air per tahun dari Sungai Nil.