Pengangguran Tinggi, Lesotho Tetapkan Situasi Darurat 2 Tahun

Jakarta, IDN Times - Lesotho, pada Selasa (8/7/2025), menetapkan situasi darurat di tengah naiknya angka pengangguran dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dalam beberapa bulan terakhir.
Kebijakan ini diterapkan menyusul penetapan tarif sebesar 50 persen dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terhadap barang impor asal negara kerajaan di Afrika bagian selatan tersebut.
Selama ini, Lesotho menggantungkan ekonominya pada industri tekstil yang mayoritas dipasarkan ke AS. Selain itu, negara ini juga bergantung pada bantuan kemanusiaan dari AS.
1. Tetapkan masa darurat pengangguran selama 2 tahun
Perdana Menteri Lesotho, Sam Matekane, mengatakan bahwa penetapan keadaan darurat ini disebabkan oleh dinamika global yang berdampak pada ekonomi Lesotho.
“Tingginya angka pengangguran muda di Lesotho semakin memburuk akibat perubahan dinamika global, termasuk pemotongan anggaran bantuan dari AS dan pembalasan tarif dari AS. Dengan ini, saya menyatakan anak muda membutuhkan bantuan,” tuturnya, dilansir TRT Global.
Ia menambahkan, penetapan keadaan darurat ini akan berlangsung selama 2 tahun. Pemerintah akan memiliki kuasa untuk mempercepat prosedur dalam menangani pengangguran.
Salah satu program dari pemerintah Lesotho adalah mengalokasikan 2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
2. Tingkat pengangguran muda di Lesotho mencapai 38 persen
Pada Februari, Kementerian Ketenagakerjaan Lesotho mengatakan bahwa 38 persen dari pemuda di negaranya tidak bekerja atau tidak sedang menempuh pendidikan.
Mengutip News24, pemerintah setempat memperingatkan agar adanya perubahan African Growth and Opportunity Act (AGOA) atau kebijakan ekspor bebas pajak dari negara-negara Afrika ke AS. Lesotho mengklaim akan kehilangan 40 ribu lapangan pekerjaan jika AGOA tidak diubah.
Sementara itu, sebanyak 1.500 tenaga kesehatan, termasuk perawat dan dokter di Lesotho terpaksa dirumahkan pada Februari lalu. Keputusan ini disebabkan penangguhan dana bantuan dari USAID dan United States President’s Emergency Plan for AIDS Relief (PEPFAR).
3. Sebanyak lima pemimpin negara Afrika datang ke AS

Pada hari yang sama, sebanyak lima pemimpin negara Afrika, yakni Liberia, Senegal, Gabon, Mauritania, dan Guinea-Bissau mengadakan kunjungan ke Washington selama 3 hari.
Kedatangan pemimpin lima negara tersebut menjadi wujud dari pendekatan Trump ke negara-negara Afrika. Langkah ini juga untuk memperkuat hubungan AS dengan negara Afrika.
Kelima negara tersebut diketahui memiliki sumber daya alam yang bernilai tinggi, seperti minyak, emas, gas, dan mineral langka. Namun, masih belum diketahui kesepakatan apa yang akan disetujui oleh pemimpin kelima negara itu dengan AS.