Rusia Tangkap Lebih dari 500 Imigran Ilegal di Moskow

Jakarta, IDN Times - Rusia mengadakan operasi penggeledahan di sejumlah masjid dan penginapan untuk meringkus terduga imigran ilegal di ibu kota Moskow pada Selasa (8/7/2024).
“Polisi berhasil meringkus lebih dari 500 terduga imigran ilegal dalam operasi di masjid dan penginapan di Moskow. Aksi ini untuk memberantas imigran ilegal di Rusia,” ujar Komite Investigasi Rusia.
Dalam setahun terakhir, Rusia terus meningkatkan pengawasan terkait imigran ilegal di negaranya. Langkah ini dilakukan usai insiden terorisme di Crocus City Hall pada Maret 2024.
1. Otoritas Rusia deportasi lebih dari 30 imigran ilegal

Otoritas Rusia mendeportasi lebih dari 30 imigran karena terbukti melanggar izin masuk dan tinggal di Rusia, terutama di Moskow. Selain itu, terdapat satu imigran yang masih jadi buronan karena melanggar aturan imigrasi di Rusia.
Komite Investigasi Rusia mengatakan bahwa penggerebekan ini menargetkan imigran yang mendapatkan status warga negara Rusia, tapi mangkir dalam wajib militer.
“Terdapat lebih dari 2.500 migran yang diperiksa dalam operasi kali ini. Terdapat 40 warga naturalisasi yang dipanggil untuk ikut wajib militer dan 170 lainnya sudah diserahkan ke kantor polisi akibat pelanggaran imigrasi,” ungkap Investigator Militer, Oleg Yusov, dikutip The Moscow Times.
Operasi di Moskow ini dilakukan setelah operasi penggerebekan di Smolensk dan Kaliningrad.
2. Rusia akan gunakan data biometrik untuk memonitor pekerja migran
Pekan lalu, Rusia sudah mempersiapkan sistem baru untuk melacak pekerja migran di negaranya pada September. Sistem baru ini akan menggunakan data biometrik, lokasi, dan pengawasan ketat dari polisi.
“Dalam 4 tahun ke depan, warga asing yang masuk tanpa visa diharuskan mendaftar ke aplikasi milik pemerintah untuk melacak geolokasi terkini. Apabila migran tidak mendaftar dalam 3 hari, maka mereka akan diawasi ketat dan dipercepat proses deportasinya,” ungkapnya, dilansir RFE/RL.
Sementara itu, migran yang masih di bawah umur, diplomat beserta keluarganya, serta warga negara Belarus tidak diharuskan mendaftar dalam sistem ini.
Juru Bicara Parlemen Rusia, Vyacheslav Volodin, mengatakan penerapan sistem ini secara nasional diklaim akan mengurangi kasus kejahatan yang berkaitan dengan migran.
3. Uzbekistan desak Rusia menghormati warganya

Pada pertengahan Juni, Kementerian Luar Negeri Uzbekistan mendesak Rusia untuk menghormati warganya di tengah operasi pengetatan dan inspeksi kepada pekerja migran.
“Kami mendapat banyak laporan terkait dengan inspeksi tanpa izin resmi dan tindakan buruk kepada pekerja migran asal Uzbekistan di Rusia. Kami meminta Rusia untuk menghormati warga kami dan tidak mempermalukan dan menjaga harga diri warga kami,” ujarnya.
Berdasarkan data pemerintah Rusia, terdapat sekitar 4 juta pekerja migran di Rusia. Mayoritas dari mereka berasal dari negara Asia Tengah pecahan Uni Soviet, seperti Uzbekistan Kyrgyzstan, Tajikistan, Kazakhstan, dan Turkmenistan.
Mayoritas pekerja migran asal Asia Tengah datang ke Rusia sebagai pekerja kerah biru. Mereka umumnya mengirimkan remitansi ke keluarganya di negara asalnya.