Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Fakta Unik Komodo, Reptil Purba yang Cuma Ada di Indonesia

ilustrasi komodo (freepik.com/Wirestock)
Intinya sih...
  • Komodo memiliki air liur beracun yang mematikan
  • Komodo bisa berlari cepat walau ukurannya besar
  • Komodo bisa mendeteksi bau mangsa dari jarak 5 kilometer

Komodo bukan cuma simbol eksotis Indonesia, tapi juga satu-satunya spesies kadal raksasa yang masih bertahan hidup sejak zaman prasejarah. Reptil ini cuma bisa ditemukan di wilayah tertentu Indonesia seperti Pulau Komodo, Rinca, Padar, dan sekitarnya. Dengan panjang tubuh yang bisa mencapai 3 meter dan berat lebih dari 70 kg, komodo jadi predator darat paling mematikan di ekosistemnya. Namun di balik penampilannya yang menyeramkan, komodo menyimpan berbagai fakta sains yang menarik dan unik. Mulai dari sistem berburu, anatomi tubuh, sampai cara berkembang biaknya yang gak biasa.

Sebagai hewan endemik, komodo juga termasuk spesies yang dilindungi karena habitatnya makin terbatas. Perubahan iklim, aktivitas manusia, hingga gangguan ekosistem bisa berdampak besar pada kelangsungan hidup mereka. Maka penting banget untuk mengenal lebih dekat hewan ini, bukan cuma dari sisi wisata, tapi juga dari sisi ilmiah. Yuk, simak enam fakta sains unik tentang komodo yang bikin kamu makin bangga jadi orang Indonesia!

1. Komodo punya air liur beracun yang mematikan

ilustrasi komodo (pixabay.com/Pat_Wieler)

Komodo dikenal sebagai pemburu yang andal karena air liurnya mengandung racun mematikan. Air liur ini dipenuhi bakteri dan senyawa racun yang bisa menyebabkan pendarahan hebat dan menurunkan tekanan darah pada mangsanya. Saat menggigit, komodo hanya perlu menunggu mangsanya lemah karena efek racun sebelum melahapnya. Penelitian terbaru menemukan bahwa kelenjar di rahangnya bisa menghasilkan protein berbisa, mirip dengan ular berbisa. Ini jadi bukti bahwa komodo adalah salah satu predator paling efektif secara biologis.

Fakta ini sempat jadi perdebatan ilmiah karena dulu dianggap komodo membunuh hanya lewat infeksi bakteri. Namun penelitian modern menunjukkan bahwa racunnya benar-benar bekerja secara sistemik, bukan cuma karena bakteri. Proses ini memungkinkan komodo memburu mangsa yang lebih besar darinya, termasuk rusa dan kerbau. Dengan kemampuan seperti ini, komodo menempati puncak rantai makanan di habitatnya. Gak heran kalau dia dijuluki “naga terakhir di dunia”.

2. Bisa berlari cepat walau ukurannya besar

ilustrasi komodo (freepik.com/Vladimircech)

Meskipun tubuhnya besar dan terlihat lamban, komodo ternyata bisa berlari dengan kecepatan hingga 20 km/jam. Kecepatan ini cukup untuk mengejar mangsa yang lebih kecil seperti rusa atau babi hutan dalam jarak pendek. Kaki belakangnya yang kuat memberi dorongan besar saat berlari dan melompat. Selain itu, otot-otot di tubuhnya yang padat memungkinkan gerakan mendadak yang cepat dan agresif. Hal ini bikin komodo jadi pemangsa yang sangat mengejutkan bagi mangsanya.

Namun, komodo tidak mengandalkan kecepatan sebagai strategi utama berburu. Biasanya mereka mengintai dalam diam dan menyerang secara tiba-tiba saat mangsa mendekat. Strategi ini lebih hemat energi dan efektif untuk hewan berdarah dingin seperti komodo. Tapi, kalau dibutuhkan, mereka bisa memaksimalkan kecepatan untuk menangkap atau mengejar musuh. Kemampuan ini menunjukkan bahwa komodo bukan sekadar kadal besar biasa, tapi predator yang sangat adaptif.

3. Komodo bisa mendeteksi bau mangsa dari jarak 5 kilometer

ilustrasi komodo (pexels.com/Abimanyu Photowork)

Indera penciuman komodo sangat tajam dan unik, karena mereka menggunakan lidah bercabang untuk “mencium” bau. Lidah ini menangkap partikel bau di udara, lalu dikirim ke organ Jacobson di langit-langit mulut untuk dianalisis. Dengan cara ini, komodo bisa mendeteksi keberadaan bangkai atau mangsa dari jarak hingga 5 kilometer. Mereka juga bisa membedakan arah bau berdasarkan kekuatan sinyal dari tiap sisi lidah. Ini membuatnya sangat efisien dalam melacak mangsa yang terluka atau sudah mati.

Kemampuan ini sangat penting karena komodo sering berburu dalam wilayah yang luas dan jarang mangsa. Dengan penciuman super sensitif ini, mereka bisa “menemukan makanan” bahkan tanpa melihat langsung. Dalam kondisi alam liar yang sulit, kemampuan semacam ini jadi keunggulan besar. Bayangkan, satu luka gigitan saja bisa membuat seekor rusa jadi santapan besar berkat sistem pelacakan yang akurat. Canggih banget untuk ukuran reptil, kan?

4. Bisa berkembang biak tanpa jantan (Partenogenesis)

ilustrasi komodo berkelompok (pexels.com/Fajar Setiawan)

Salah satu fakta paling unik tentang komodo adalah kemampuan berkembang biak secara partenogenesis. Artinya, komodo betina bisa menghasilkan telur dan menetaskan anak tanpa dibuahi oleh jantan. Proses ini terjadi saat kondisi lingkungan ekstrem dan populasi jantan sangat sedikit. Anak yang dihasilkan dari partenogenesis ini selalu berjenis kelamin jantan, sehingga membantu menjaga kelangsungan populasi. Fenomena ini sangat jarang terjadi di dunia hewan, apalagi pada reptil besar seperti komodo.

Penemuan ini pertama kali dikonfirmasi oleh ilmuwan pada awal 2000-an saat dua komodo betina di kebun binatang melahirkan tanpa kawin. Secara ilmiah, ini membuktikan adaptasi luar biasa komodo untuk bertahan dalam lingkungan yang penuh tekanan. Tapi, reproduksi tanpa jantan juga membuat genetik anak kurang bervariasi, sehingga lebih rentan terhadap penyakit. Maka dari itu, meski bisa terjadi, partenogenesis tetap dianggap sebagai “jalan terakhir” dalam evolusi komodo. Tetap aja, kemampuan ini bikin kita makin takjub, ya!

5. Komodo bisa bertahan hidup dengan makanan sekali seminggu

ilustrasi komodo (pixabay.com/DaFranzos)

Komodo memiliki metabolisme yang lambat sehingga bisa bertahan hidup hanya dengan satu kali makan besar dalam seminggu. Mereka bisa mengonsumsi daging seberat 80 persen dari bobot tubuhnya dalam satu kali makan. Setelah itu, komodo akan beristirahat sambil mencerna selama beberapa hari, bahkan bisa lebih dari seminggu. Organ pencernaannya yang efisien mampu memanfaatkan hampir seluruh bagian tubuh mangsa. Dari daging, tulang, sampai organ dalam bisa dikonsumsi habis.

Karena pola makan ini, komodo tidak perlu berburu setiap hari seperti predator lain. Hal ini sangat membantu dalam kondisi habitat yang kering dan sulit mendapatkan makanan. Sistem pencernaannya juga dilengkapi asam lambung yang sangat kuat, mampu menghancurkan tulang dan membunuh bakteri. Setelah selesai makan, komodo biasanya memuntahkan "pelet" berisi bagian yang tidak tercerna seperti rambut atau tanduk. Adaptasi ini membuatnya tetap bertenaga meski hidup di alam yang keras.

6. Hewan soliter tapi teritorial dan agresif

ilustrasi komodo (freepik.com/Kuritafsheen77)

Komodo termasuk hewan soliter yang lebih suka hidup menyendiri, kecuali saat musim kawin atau berebut makanan. Mereka sangat teritorial dan bisa menjadi agresif jika merasa wilayahnya terganggu. Bahkan antar komodo pun bisa bertarung hebat hanya karena berebut bangkai atau betina. Saat bertarung, mereka akan berdiri dengan dua kaki belakang dan menggunakan ekor untuk menjaga keseimbangan. Pertarungan ini sering diwarnai luka, tapi jarang sampai fatal.

Meski terlihat buas, komodo sebenarnya sangat terstruktur dalam urusan hierarki makan. Komodo yang lebih besar dan kuat akan makan lebih dulu, baru disusul yang lebih kecil. Mereka juga punya cara khusus untuk “berdamai” lewat gerakan tubuh yang mirip kode. Interaksi sosial ini menunjukkan bahwa komodo punya insting dan pola perilaku yang kompleks. Menakutkan, tapi juga penuh kecerdasan alami!

Komodo bukan cuma kebanggaan Indonesia, tapi juga bukti betapa hebatnya evolusi alam. Dengan berbagai kemampuan unik mulai dari racun, penciuman tajam, sampai reproduksi tanpa jantan komodo menunjukkan adaptasi luar biasa sebagai reptil purba. Sayangnya, habitat mereka makin terancam akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia. Penting bagi kita untuk menjaga dan menghargai hewan endemik ini sebagai bagian dari kekayaan alam Indonesia. Karena kalau bukan kita yang melindungi, siapa lagi?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us