Mengapa Matheus Cunha Pindah ke Manchester United?

- Performa gemilang Cunha di Wolves
- Kebutuhan Manchester United untuk meningkatkan lini depan
- Cocok dengan taktik yang diterapkan Ruben Amorim di Manchester United
Manchester United (MU) mendapatkan Matheus Cunha dari Wolverhampton Wanderers. Setan Merah mendapatkannya dengan harga yang cukup mahal. Mencapai 62,5 juta pound sterling atau sekitar Rp1,3 triliun.
Kepindahan pemain Brasil ini ternyata cukup mengejutkan. Bukan cuma karena harganya yang terbilang tinggi, tetapi juga karena dia masih menjadi andalan Wolves musim lalu. Namun, seperti kata pepatah, tak ada asap kalau tak ada api. Pasti ada alasan kuat yang membuat Matheus Cunha merasa mantap untuk hijrah ke Old Trafford.
Lantas, apa sebenarnya yang menjadi pertimbangan utama Cunha menerima pinangan Setan Merah? Apakah karena MU adalah klub impiannya? Gaji selangit yang sulit ditolak? Atau justru ada faktor lain di balik keputusannya?
1. Matheus Cunha tampil gemilang di Wolverhampton Wanderers
Matheus Cunha tampil tajam sepanjang 2024/2025. Lewat torehan 17 gol dan 6 assist, dia berhasil menjadi pencetak gol terbanyak Wolverhampton Wanderers. Catatan impresif itu dia raih dalam 36 laga di semua ajang.
Performa konsisten itu membuat Cunha menjadi tumpuan Wolves. Hampir tiap pekan, kontribusinya terasa. Entah itu lewat gol, assist, atau pergerakannya dalam membuka ruang. Dia sangat dibutuhkan di sana. Oleh karena itu, tak heran kepercayaan besar yang diberikan kepadanya berbuah penghargaan individu. Dia dinobatkan sebagai pemain terbaik Wolves pada 2024/2025 versi para pemain.
2. Kebutuhan Manchester United untuk meningkatkan lini depan
Manchester United menutup 2024/2025 dengan hasil yang mengecewakan. Mereka finis di peringkat ke-15 klasemen English Premier League (EPL), sebuah pencapaian terburuk sejak 1973/1974. Salah satu faktor yang paling disorot atas pencapaian yang mengecewakan ini adalah lini depan yang kurang klinis dan minim kreativitas.
Dua striker utama mereka, Rasmus Hojlund dan Joshua Zirkzee, belum mampu menunjukkan dampak yang diharapkan. Hojlund mencetak 10 gol dari 52 laga di semua ajang, sementara Zirkzee mencatatkan 7 gol dari 49 laga. Angka ini jauh dari cukup untuk tim sebesar Setan Merah yang beberapa kali pernah punya striker pemburu gol.
Striker muda pun belum mampu menjadi solusi. Chido Obi Martin diberi kesempatan tampil dalam 8 laga (7 di EPL dan 1 di FA Cup), tetapi belum sempat menyumbang satu gol pun. Bahkan, Ethan Wheatley hanya sempat tampil sekali di EFL Cup. Kondisi ini menggambarkan betapa dalamnya krisis produktivitas lini depan MU pada 2024/2025.
3. Cocok dengan taktik yang diterapkan Ruben Amorim di Manchester United
Ada kemiripan antara Ruben Amorim dan Vitor Pereira, manajer Wolverhampton Wanderers. Bukan cuma karena sama-sama berasal dari Portugal, tetapi juga memiliki kesamaan dalam urusan formasi. Kedua manajer ini terlihat mengandalkan formasi 3-4-3 atau 3-4-2-1, formasi yang menekankan keseimbangan antara bertahan dan menyerang.
Melihat fakta tersebut, Matheus Cunha seharusnya tak akan terlalu susah dalam beradaptasi. Dia kemungkinan besar bakal diplot sebagai gelandang serang atau pemain nomor 10, peran yang sama seperti saat masih membela Wolves. Apalagi, posisi ini belum punya penghuni tetap. Selama ini, pos tersebut kerap diisi beberapa pemain, seperti Bruno Fernandes, Alejandro Garnacho, atau Amad Diallo.
4. Keseriusan Manchester United dalam memburu tanda tangan Matheus Cunha
Manchester United sebenarnya bukan baru kali ini tertarik kepada Matheus Cunha. Pada medio 2022, mereka sempat mendekati Cunha. Saat itu, sang pemain masih membela Atletico Madrid. Namun, langkah Setan Merah saat itu disalip Wolverhampton Wanderers yang bergerak lebih cepat dengan berhasil mendapatkannya dengan harga 44 juta pound sterling atau sekitar Rp980 miliar.
Tiga tahun berselang, Cunha berkembang menjadi pemain yang lebih matang dan makin konsisten. Hal ini pun membuat harganya melonjak. Namun, MU terlihat tidak keberatan dengan harga tersebut. Ini membuktikan mereka benar-benar serius memburu tanda tangan Cunha.
5. Gaji yang ditawarkan sangat menggiurkan
Selain harga jualnya yang melonjak, gaji Matheus Cunha tentu ikut meroket. Dilansir The Telegraph, pemain Brasil tersebut mendapatkan gaji sebesar 200 ribu pound sterling per pekan. Jika dikonversikan, jumlahnya setara dengan Rp4,4 miliar.
Gaji tersebut jelas jauh lebih tinggi dibandingkan saat Cunha masih di Wolverhampton Wanderers. Dia saat itu hanya mengantongi 120 ribu pound sterling per pekan. Jika dikonversikan, jumlahnya setara dengan Rp2,6 miliar.
MU mengontrak Matheus Cunha selama 5 tahun. Itu artinya, dia akan di sana setidaknya sampai 2030. Mampukah Cunha bertahan selama itu dan benar-benar menjadi andalan lini depan Setan Merah?