Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Mengapa Mudah Mengantuk Saat Nyupir Jauh

Ilustrasi tertidur saat menyetir (pexels/Sinitta Leunen)
Intinya sih...
  • Mengemudi jarak jauh tanpa tidur cukup meningkatkan risiko mengantuk dan kecelakaan.
  • Jalur monoton dan jam biologis tubuh dapat memicu rasa kantuk saat mengemudi.
  • Suhu kabin, konsumsi makanan, dan minuman juga berpengaruh terhadap kewaspadaan pengemudi.

Mengantuk saat mengemudi dalam perjalanan jauh adalah masalah serius yang tidak boleh dianggap remeh. Banyak kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh pengemudi yang kehilangan fokus karena rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang. Walaupun seseorang merasa sudah cukup tidur atau dalam kondisi sehat, tetap saja rasa kantuk bisa datang dan mengganggu konsentrasi saat berada di balik kemudi.

Untuk memahami lebih dalam tentang fenomena ini, berikut adalah lima alasan utama mengapa tubuh mudah merasa mengantuk saat mengemudi dalam perjalanan jarak jauh. Memahami penyebabnya bisa menjadi langkah awal untuk mencegah risiko dan meningkatkan keselamatan di jalan yang dilansir dari Sleep.com:

1. Kurangnya kualitas tidur

ilustrasi imsomnia (pexels.com/kaboompics)

Banyak orang meremehkan pentingnya tidur malam yang cukup sebelum melakukan perjalanan jauh. Tidur yang tidak berkualitas atau terlalu singkat dapat membuat otak tidak sepenuhnya segar saat harus berkonsentrasi mengemudi dalam waktu yang lama. Bahkan jika seseorang merasa sudah tidur cukup, namun jika kualitas tidur buruk—misalnya sering terbangun di tengah malam atau terganggu mimpi buruk—efeknya tetap membuat tubuh cepat lelah dan mudah mengantuk.

Mengemudi memerlukan kewaspadaan dan fokus tinggi. Ketika tubuh kekurangan istirahat, reaksi tubuh terhadap stimulus di jalan menurun drastis. Otak akan secara otomatis memberi sinyal istirahat dengan rasa kantuk sebagai bentuk perlindungan diri agar tidak kelelahan berlebihan. Maka dari itu, tidur cukup dan berkualitas sebelum perjalanan adalah hal krusial.

2. Minimnya kegiatan selama berkendara

ilustrasi berkendara (pexels.com/meruyert)

Saat mengemudi dalam waktu lama di jalur yang lurus dan monoton—misalnya jalan tol yang panjang tanpa banyak belokan atau perubahan pemandangan—otak bisa mengalami kejenuhan visual. Tanpa rangsangan visual yang menarik, otak mulai kehilangan minat untuk tetap terjaga dan aktif, sehingga rasa kantuk muncul secara perlahan tanpa disadari.

Kondisi ini berbeda dengan mengemudi di jalanan kota atau daerah pedesaan yang menawarkan banyak perubahan visual seperti bangunan, kendaraan yang berbeda, atau aktivitas masyarakat. Pemandangan yang membosankan dan berulang membuat otak tidak aktif secara maksimal, seperti berada dalam mode semi-otomatis. Akibatnya, tubuh mulai rileks dan rasa kantuk menjadi tak terhindarkan.

3. Ritme sirkadian tubuh yang tidak seimbang

ilustrasi mengantuk (pexels.com/kaboompics)

Tubuh manusia memiliki jam biologis yang dikenal sebagai ritme sirkadian. Ritme ini mengatur kapan tubuh merasa segar dan kapan merasa mengantuk. Biasanya, rasa kantuk alami datang antara pukul 2 hingga 4 dini hari serta pukul 1 hingga 3 siang. Jika seseorang mengemudi dalam waktu-waktu tersebut, kemungkinan besar akan merasakan kantuk meskipun secara fisik tidak terlalu lelah.

Mengemudi melawan jam tubuh ini bisa menjadi tantangan besar, terutama saat harus berkendara semalaman atau di siang hari setelah makan siang. Sistem tubuh akan tetap mengirimkan sinyal agar beristirahat, karena memang pada waktu-waktu tersebut metabolisme melambat dan hormon melatonin (yang menyebabkan kantuk) mulai meningkat. 

4. Suhu kabin yang tidak ideal

ilustrasi berkendara (pexels.com/khanh)

Suhu kabin mobil yang terlalu hangat atau kurang sirkulasi udara juga bisa memicu rasa kantuk. Udara hangat cenderung membuat tubuh merasa lebih nyaman dan rileks, yang pada akhirnya mengundang kantuk lebih cepat. Sebaliknya, udara segar atau suhu yang sedikit dingin bisa membantu menjaga kewaspadaan pengemudi karena otak akan tetap terstimulasi.

Banyak pengemudi tidak menyadari bahwa ventilasi dan pengaturan suhu mobil memainkan peran penting dalam menjaga kondisi tubuh tetap waspada. Sirkulasi udara yang buruk juga bisa menyebabkan kadar oksigen di dalam kabin menurun, terutama jika jendela selalu tertutup rapat. Keadaan ini kemudian memperlambat kerja otak dan membuat seseorang merasa lesu dan mengantuk lebih cepat dari yang seharusnya.

5. Asupan makanan dan minuman selama berkendara

ilustrasi berkendara (pexels.com/meruyert)

Apa yang kita konsumsi sebelum atau selama perjalanan juga memengaruhi tingkat kewaspadaan. Makanan berat yang tinggi karbohidrat atau lemak dapat membuat tubuh merasa kenyang berlebihan dan mempercepat munculnya rasa kantuk. Setelah makan, tubuh akan mengarahkan lebih banyak darah ke sistem pencernaan, sehingga otak mendapatkan suplai oksigen lebih sedikit. Ini menyebabkan otak melambat dan kantuk pun datang.

Minuman juga punya peran penting. Minuman manis atau berkafein memang bisa memberikan dorongan energi sementara, namun efeknya bisa cepat hilang dan diikuti dengan rasa lelah. Terlebih jika tubuh tidak cukup terhidrasi, dehidrasi bisa menyebabkan rasa lelah dan pusing. Maka dari itu, penting untuk memilih asupan yang seimbang, seperti camilan sehat dan air putih yang cukup untuk menjaga energi tetap stabil saat berkendara.

Mengemudi dalam perjalanan jauh memang memerlukan kesiapan fisik dan mental yang prima. Mengantuk saat menyetir bukanlah hal yang bisa dianggap enteng, karena risikonya menyangkut keselamatan diri sendiri dan orang lain. Dengan memahami lima alasan utama yang menyebabkan rasa kantuk saat berkendara, kita bisa lebih siap dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us