Apa Itu Understeer dan Oversteer pada Mobil? Begini Efeknya di Jalan

Mengemudi di jalan memang gak hanya soal menekan pedal gas atau menginjak rem, tapi juga soal memahami karakter mobil dalam berbagai situasi. Dua istilah yang sering terdengar ketika membahas perilaku mobil di tikungan adalah understeer dan oversteer. Keduanya sering dialami oleh pengemudi, baik yang masih pemula maupun yang sudah terbiasa mengendarai mobil dalam kecepatan tinggi. Memahami perbedaan dari keduanya bisa jadi kunci penting untuk menjaga keselamatan.
Bagi banyak orang, istilah understeer dan oversteer terdengar teknis, bahkan seperti bahasa khusus para pembalap. Padahal, fenomena ini bisa muncul saat berkendara sehari-hari, entah saat melaju di jalan tol, melintas di tikungan tajam pegunungan, atau sekadar keluar masuk perempatan. Efeknya bisa terasa langsung, mulai dari kendali yang sulit dipertahankan hingga potensi mobil tergelincir. Supaya lebih jelas, mari kita kupas secara detail apa itu understeer dan oversteer serta dampaknya di jalan.
1. Understeer, mobil melawan kemauan kemudi

Understeer terjadi ketika mobil tidak mengikuti arah putaran setir, melainkan meluncur lurus meskipun setir sudah dibelokkan. Kondisi ini umumnya dialami oleh mobil berpenggerak roda depan, apalagi saat melaju terlalu cepat masuk ke tikungan. Ban depan kehilangan grip karena beban yang berlebih, sehingga mobil terasa enggan untuk belok sesuai keinginan pengemudi. Sensasi yang muncul biasanya mobil terasa marah dan gak mau menuruti arah setir.
Efek understeer di jalan bisa sangat berbahaya, terutama jika terjadi di jalur pegunungan atau saat kondisi jalan licin akibat hujan. Mobil berisiko keluar jalur dan menabrak pembatas jalan atau bahkan masuk ke jalur lawan arah. Untuk mengatasinya, cara paling aman adalah mengurangi kecepatan secara perlahan dan menghindari gerakan setir yang mendadak. Menjaga kecepatan stabil sebelum memasuki tikungan juga menjadi salah satu langkah paling efektif untuk menghindari understeer.
2. Oversteer, bagian belakang mobil yang tidak terkontrol

Oversteer adalah kebalikan dari understeer, di mana bagian belakang mobil kehilangan cengkeraman dan bergerak keluar jalur saat berbelok. Mobil terasa seperti menyalip dirinya sendiri, dengan ekor yang melayang ke arah luar tikungan. Kondisi ini sering terjadi pada mobil berpenggerak roda belakang, khususnya ketika terlalu agresif menginjak gas saat melibas tikungan. Sensasi oversteer lebih dramatis, bahkan sering dimanfaatkan dalam teknik drifting.
Di jalan umum, oversteer bisa jadi momok menakutkan karena membuat mobil mudah kehilangan kendali. Saat ekor mobil terlempar, risiko terguling atau menabrak benda di sekitar jalan sangat tinggi. Meski terlihat atraktif di dunia balap, efek oversteer di kondisi lalu lintas nyata justru berbahaya. Mengatasinya butuh refleks yang tepat, salah satunya dengan melakukan counter steering, yakni memutar setir ke arah berlawanan dengan arah selip mobil.
3. Faktor penyebab understeer dan oversteer

Baik understeer maupun oversteer gak terjadi begitu saja, melainkan dipicu oleh beberapa faktor. Kecepatan yang terlalu tinggi menjadi salah satu penyebab utama, apalagi saat pengemudi memaksa mobil untuk masuk tikungan dengan kondisi ban yang gak prima. Faktor lain yang sering terlupakan adalah kondisi jalan, seperti permukaan licin karena hujan, pasir, atau kerikil. Suspensi yang kurang terawat pun bisa memperparah kemungkinan terjadinya masalah ini.
Selain itu, cara mengemudi juga punya pengaruh besar. Menginjak gas terlalu dalam, melakukan pengereman mendadak, atau memutar setir terlalu tajam bisa memicu salah satu dari dua kondisi ini. Mobil dengan sistem penggerak roda yang berbeda (FWD, RWD, atau AWD) juga punya kecenderungan masing-masing terhadap understeer atau oversteer. Jadi, mengenali kombinasi antara gaya mengemudi, kondisi mobil, dan karakter jalan sangat penting untuk mencegah risiko lebih lanjut.
4. Cara mengantisipasi dan mengendalikan mobil

Mengantisipasi understeer dan oversteer sebenarnya bisa dilakukan dengan langkah-langkah sederhana. Salah satunya adalah menjaga kecepatan sebelum masuk ke tikungan, bukan ketika sudah berada di dalamnya. Membiasakan diri untuk melakukan pengereman secara halus, bukan mendadak, juga membantu mobil tetap stabil. Selain itu, memastikan tekanan ban sesuai rekomendasi pabrikan sangat berpengaruh dalam menjaga grip di jalan.
Saat mobil sudah terlanjur mengalami understeer atau oversteer, tetap tenang menjadi kunci utama. Mengurangi gas secara perlahan, menghindari panic braking, serta melakukan counter steering ketika bagian belakang mobil selip adalah langkah yang bisa menyelamatkan situasi. Semakin sering melatih teknik mengemudi di area aman, seperti lapangan atau driving course, akan membuat refleks lebih terasah. Pada akhirnya, mengantisipasi selalu lebih mudah daripada mengendalikan mobil yang sudah terjebak dalam kondisi ekstrem.
Memahami perbedaan understeer dan oversteer bukan hanya penting untuk pengemudi yang hobi kecepatan, tapi juga untuk semua orang yang berkendara setiap hari. Fenomena ini bisa muncul tanpa peringatan, bahkan di jalan biasa yang terlihat aman. Dengan mengetahui gejala, penyebab, dan cara mengatasinya, risiko kecelakaan bisa jauh lebih berkurang.
Jalanan memang penuh kejutan, tapi penguasaan teknik dasar bisa memberi rasa aman lebih besar. Jadi, jangan hanya mengandalkan mesin dan fitur mobil, tapi juga kesiapan diri dalam membaca situasi. Keselamatan selalu lebih berharga daripada kecepatan sesaat.