Jumlah SPKLU di China Tembus 13,7 Juta Unit!

- China memimpin pasar mobil listrik, dengan infrastruktur pengisian daya melonjak 47,6% secara tahunan hingga Maret 2025.
- Pengisian daya mobil listrik tersebar hingga ke wilayah terpencil dan jalan tol, dengan tingkat penetrasi di kota kecil mencapai 76,91%.
- NEA fokus pada integrasi NEV dengan sistem jaringan listrik nasional melalui teknologi vehicle-to-grid (V2G) untuk mendukung kestabilan sistem kelistrikan.
Tak keliru kalau China dianggap tengah memimpin pasar mobil listrik. Sebab, selain menjadi produsen mobil listrik terbesar, China juga telah memiliki infrastruktur pengisian daya mobil listrik atau Stasiun Pengisan Kendaraan Listrik Umum (SPKPU) yang sangat banyak.
Bayangkan saja, hingga akhir Maret 2025, jumlah fasilitas pengisian daya di China melonjak 47,6 persen secara tahunan, menurut data terbaru dari Administrasi Energi Nasional (NEA). Kini, seperti dikutip dari Xinhua, China telah memiliki infrastruktur pengisian sebanyak 13,75 juta unit, terdiri atas 3,9 juta titik pengisian publik dan 9,85 juta pengisian pribadi.
1. Pengisian daya kendaraan listrik tersebar merata

Pencapaian penting dari ekspansi ini adalah tersebarnya pengisian daya mobil listrik hingga ke wilayah terpencil, termasuk kota-kota kecil dan layanan di jalan tol. Data NEA menunjukkan sebanyak 38 ribu titik pengisian daya telah tersedia di jalan tol, mencakup 98 persen area layanan secara nasional.
Tak hanya itu, 13 wilayah tingkat provinsi telah memperluas cakupan pengisian daya hingga ke seluruh township yang ada di dalamnya. Dengan demikian, tingkat penetrasi pengisian daya di tingkat kota kecil telah mencapai 76,91 persen.
Capaian ini sangat signifikan dalam mendukung mobilitas lintas wilayah menggunakan NEV. Kini, pengguna kendaraan listrik di China dapat menempuh perjalanan jarak jauh tanpa khawatir kesulitan menemukan fasilitas pengisian. Hal ini tentu menjadi salah satu faktor yang mendorong peningkatan adopsi NEV secara nasional, baik untuk kebutuhan pribadi maupun armada logistik.
2. China telah menguji coba teknologi vehicle-to-grid

Tak hanya memperluas infrastruktur, NEA juga mulai berfokus pada integrasi NEV dengan sistem jaringan listrik nasional, salah satunya melalui pengembangan teknologi vehicle-to-grid (V2G). Teknologi ini memungkinkan kendaraan listrik tidak hanya mengisi daya dari jaringan, tetapi juga mengembalikan energi ke jaringan listrik saat diperlukan, menjadikannya sebagai solusi fleksibel dalam manajemen beban listrik.
Sebagai langkah awal, NEA bersama beberapa departemen terkait telah meluncurkan program percontohan V2G di sembilan kota, termasuk Shanghai. Sebanyak 30 proyek pengisian daya dua arah telah dipilih untuk diuji coba dan divalidasi. Bila berhasil, teknologi ini dapat mengubah kendaraan listrik menjadi penyimpan daya bergerak yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung kestabilan sistem kelistrikan, terutama saat permintaan listrik memuncak.
3. Mendukung ekpansi mobil listrik di China

Peningkatan infrastruktur ini memberikan dampak langsung terhadap kepercayaan konsumen dan industri terhadap masa depan NEV. Dengan jaringan pengisian yang makin luas, hambatan utama penggunaan kendaraan listrik, yaitu keterbatasan akses pengisian pun perlahan menghilang. Dukungan kebijakan, insentif, dan inovasi teknologi dari pemerintah China menjadikan negara ini sebagai pasar kendaraan listrik terbesar di dunia.
Pabrik-pabrik kendaraan listrik pun semakin agresif berekspansi, baik dari sisi produksi maupun inovasi. Bagi investor dan pelaku industri, kondisi ini menciptakan iklim yang sangat kondusif untuk mendorong pertumbuhan teknologi otomotif masa depan. Dan dengan dukungan infrastruktur yang masif, China tampaknya siap menjadi model global dalam integrasi NEV ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat modern.