Kenapa Mobil Listrik Gak Cocok Jadi Mobil Pertama?

Mobil listrik memang menggiurkan. Sebab desainnya semakin beragam dan jarak tempuhnya semakin jauh. Meski begitu, banyak orang menganggap kalau mobil listrik belum cocok untuk menjadi mobil pertama mereka.
Ada beberapa alasan kenapa mobil listrik kurang pas jika dijadikan mobil pertama, berikut beberapa yang perlu kamu ketahui.
1. Harganya cenderung lebih nahal dibanding mobil konvensional

Salah satu alasan kenapa mobil listrik gak cocok buat jadi mobil pertama adalah harganya yang cenderung lebih mahal dibandingkan mobil berbahan bakar bensin atau solar di kelas yang sama.
Misalnya, harga mobil listrik entry-level setidaknya 20-30 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mobil bensin setara. Hal ini disebabkan oleh biaya produksi yang lebih tinggi, terutama karena baterai lithium-ion yang digunakan.
Bagi mereka yang memiliki anggaran terbatas, perbedaan harga ini bisa menjadi penghalang besar. Meskipun ada insentif pemerintah di beberapa negara untuk mendorong adopsi mobil listrik, di Indonesia, insentif semacam itu masih terbatas, sehingga membuat mobil listrik menjadi pilihan yang lebih mahal bagi pembeli pertama.
2. Infrastruktur pengisian baterai masih terbatas

Di Indonesia, infrastruktur pengisian daya untuk mobil listrik masih dalam tahap pengembangan. Karena itu stasiun pengisian daya (charging station) belum merata di seluruh wilayah, terutama di daerah pedesaan atau kota-kota kecil.
Fakta ini tentu saja bisa menyulitkan pengguna yang tidak memiliki fasilitas pengisian daya di rumah atau di tempat umum. Selain itu, waktu pengisian daya baterai yang cukup lama dibandingkan dengan pengisian bahan bakar bensin menjadi tantangan.
Sementara mengisi bensin hanya membutuhkan beberapa menit, mengisi daya mobil listrik bisa memakan waktu antara 30 menit hingga beberapa jam, tergantung pada jenis charger yang digunakan dan kapasitas baterai mobil.
Ketidakpraktisan ini mungkin tidak sesuai bagi pengguna mobil pertama yang membutuhkan kendaraan dengan fleksibilitas tinggi dan penggunaan sehari-hari yang intensif.
3. Jarak tempuh dan ketersediaan suku cadang

Meskipun teknologi baterai terus berkembang, jarak tempuh mobil listrik, terutama pada model entry-level, masih terbatas. Beberapa mobil listrik hanya mampu menempuh jarak sekitar 200 hingga 300 kilometer dengan sekali pengisian. Ini mungkin cukup untuk penggunaan sehari-hari di dalam kota, tetapi menjadi kendala untuk perjalanan jarak jauh atau di daerah yang minim infrastruktur pengisian daya.
Selain itu, karena teknologi mobil listrik masih relatif baru di beberapa negara, termasuk Indonesia, ketersediaan suku cadang khususnya baterai dan komponen elektronik lainnya masih terbatas. Biaya perbaikan atau penggantian komponen seperti baterai bisa sangat mahal, yang menjadi pertimbangan penting bagi pemilik mobil pertama yang mungkin lebih sensitif terhadap biaya perawatan.