Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Setelah Lihat Mobil Baru, Rasanya Mobil Itu Ada di Mana-mana?

ilustrasi menyetir mobil di jalan menanjak (pexels.com/Erik Mclean)
ilustrasi menyetir mobil di jalan menanjak (pexels.com/Erik Mclean)
Intinya sih...
  • Frekuensi semu dalam dunia otomotif Baader–Meinhof sering kali menipu konsumen otomotif. Review di media sosial membuat mobil terlihat booming, padahal belum tentu banyak di jalan.
  • Efek psikologis dalam keputusan pembelian: Rasa familiaritas membuat mobil terlihat populer dan layak dibeli, dimanfaatkan oleh strategi pemasaran otomotif untuk meningkatkan minat konsumen.
  • Antara persepsi dan realita: Efek Baader–Meinhof mencerminkan bagaimana perhatian manusia bekerja, memfilter informasi sesuai preferensi. Persepsi bisa menipu, jadi pertimbangkan dengan bijak sebelum membeli mobil baru.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernahkah kamu melihat mobil baru di jalan, lalu tiba-tiba merasa mobil itu muncul di mana-mana? Entah di parkiran, di iklan, bahkan di reels Instagram. Fenomena ini bukan kebetulan. Dalam psikologi, ini dikenal sebagai Baader–Meinhof Phenomenon atau frequency illusion, yakni ilusi persepsi di mana otakmu mulai memperhatikan sesuatu jauh lebih sering setelah kamu pertama kali menyadarinya. Menariknya, efek ini sangat sering terjadi di dunia otomotif, terutama ketika kamu sedang mempertimbangkan membeli mobil baru.

Ketika kamu tertarik pada mobil tertentu, misalnya Toyota Yaris Cross atau Wuling Binguo EV, otakmu secara tidak sadar mulai menyeleksi informasi yang relevan dengan mobil itu. Kamu jadi lebih peka terhadap bentuk bodinya, warna khasnya, atau bahkan logo di bagian grill. Padahal mobil-mobil itu sudah lama berlalu-lalang di jalan yang sama, hanya saja perhatianmu baru “terkunci” setelah ada ketertarikan emosional atau keinginan membeli.

1. Frekuensi semu dalam dunia otomotif

ilustrasi mobil di jalan yang suram (pexels.com/Arlind D)
ilustrasi mobil di jalan yang suram (pexels.com/Arlind D)

Baader–Meinhof sering kali menipu konsumen otomotif. Setelah melihat review satu model di YouTube atau TikTok, kamu akan merasa mobil itu “booming” atau “lagi banyak banget di jalan”. Padahal bisa jadi populasi mobil tersebut belum banyak, hanya saja otakmu kini memasukkan model itu ke dalam radar kesadaran. Iklan digital pun memperkuat efek ini karena algoritma membaca minatmu — menampilkan konten sejenis dan membuatmu yakin bahwa mobil itu sedang jadi tren.

2. Efek psikologis dalam keputusan pembelian

ilustrasi pembelian mobil bekas (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi pembelian mobil bekas (pexels.com/Antoni Shkraba)

Di sisi lain, fenomena ini punya dampak besar terhadap perilaku konsumen. Rasa “mobil ini muncul di mana-mana” bisa menimbulkan sense of familiarity atau kedekatan psikologis, yang sering diartikan otak sebagai pertanda “populer” dan “layak dibeli.” Inilah yang dimanfaatkan oleh strategi pemasaran otomotif. Produsen tahu, semakin sering mobil muncul di hadapanmu, baik secara nyata maupun digital, semakin besar peluang kamu tertarik untuk memilikinya.

3. Antara persepsi dan realita

ilustrasi jendela mobil (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi jendela mobil (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sebenarnya, efek Baader–Meinhof adalah cermin dari bagaimana perhatian kita bekerja. Dalam dunia otomotif yang dipenuhi model baru setiap bulan, otak manusia tak bisa memperhatikan semuanya sekaligus. Maka, begitu kamu punya preferensi terhadap satu merek atau model, perhatianmu otomatis memfilternya dari lautan informasi lain. Inilah sebabnya kamu merasa “mobil itu di mana-mana,” padahal jumlahnya mungkin tak berubah sama sekali.

Efek Baader–Meinhof membuat dunia otomotif terasa lebih hidup dan personal, seolah-olah setiap mobil yang lewat punya cerita yang relevan denganmu. Namun di sisi lain, ini juga pengingat bahwa persepsi bisa menipu. Kadang yang kamu lihat berulang-ulang bukan karena realitas berubah, tapi karena fokusmu sedang mengarah ke sana. Jadi, sebelum memutuskan membeli mobil baru hanya karena “kelihatannya populer,” ingatlah: bisa jadi itu cuma otakmu yang sedang terjebak dalam frequency illusion.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Automotive

See More

Tampil Tanpa Kamuflase Jelang JMS 2025, Ini Bocoran BYD K-Car!

28 Okt 2025, 18:05 WIBAutomotive