Mengapa Jangan Membeli Mobil Baru, Depresiasi Terlalu Cepat

- Penyusutan nilai mobil baru yang cepat dan tak terhindarkan
- Biaya kepemilikan dan asuransi mobil baru jauh lebih tinggi daripada mobil bekas
- Pilihan mobil bekas menawarkan nilai dan fleksibilitas finansial yang lebih baik
Membeli mobil baru sering kali digambarkan sebagai simbol kesuksesan dan kebebasan. Aroma interior yang segar, kilometer nol, dan garansi penuh tentu menggoda. Namun, di balik kilau catnya, keputusan untuk membeli mobil baru adalah salah satu jebakan finansial terbesar yang bisa menjerat konsumen, membawa serta biaya tersembunyi dan penyusutan nilai yang signifikan sejak kamu mengemudikannya keluar dari dealer.
Sebelum kamu menandatangani dokumen pinjaman berdurasi lima hingga tujuh tahun untuk kendaraan baru tersebut, sangat penting untuk memahami konsekuensi jangka panjang dari keputusan ini. Mengetahui fakta-fakta keras mengenai depresiasi, biaya asuransi, dan potensi keuntungan dari pasar mobil bekas dapat membantu kamu membuat pilihan transportasi yang jauh lebih cerdas dan menghemat ratusan juta rupiah dalam prosesnya.
1. Penyusutan nilai yang tak terhindarkan dan cepat

Penyusutan nilai, atau depresiasi, adalah alasan finansial nomor satu untuk menghindari pembelian mobil baru. Fenomena ini dimulai segera setelah mobil baru tersebut terdaftar atas nama kamu dan keluar dari dealer. Rata-rata, sebuah mobil baru dapat kehilangan antara 20% hingga 30% dari nilai belinya hanya dalam tahun pertama kepemilikan.
Dalam lima tahun, nilai mobil tersebut bisa turun hingga 60% atau lebih. Ini berarti bahwa uang yang kamu pinjam atau investasikan untuk mobil baru tersebut menyusut nilainya dengan kecepatan yang sangat tinggi, mengubah mobil tersebut menjadi aset yang buruk. Kamu membayar harga premium untuk menikmati status 'pemilik pertama', tetapi harga tersebut termasuk kerugian finansial yang besar dan cepat.
2. Biaya kepemilikan dan asuransi yang jauh lebih tinggi
Mobil baru tidak hanya mahal dalam hal harga pembelian; biaya kepemilikan keseluruhannya (Total Cost of Ownership/TCO) juga jauh lebih tinggi dibandingkan mobil bekas. Premi asuransi untuk kendaraan baru biasanya lebih mahal karena nilai penggantiannya yang tinggi. Selain itu, meskipun mobil baru datang dengan garansi pabrik, biaya registrasi, pajak kendaraan, dan suku cadang yang eksklusif atau berteknologi tinggi seringkali lebih mahal.
Mengingat sebagian besar suku cadang dan perbaikan harus dilakukan di bengkel resmi dengan harga yang lebih tinggi untuk menjaga garansi tetap berlaku, kamu terikat pada rantai pasok yang biayanya premium. Mobil bekas, khususnya yang berusia 3 hingga 5 tahun, telah melewati masa penyusutan tercepatnya dan biasanya memiliki biaya asuransi dan perawatan yang jauh lebih rendah.
3. Pilihan mobil bekas menawarkan nilai dan fleksibilitas yang lebih baik

Dengan memilih mobil bekas yang berkualitas, kamu dapat menikmati manfaat yang hampir sama dengan mobil baru, namun tanpa beban finansial yang berat. Mobil bekas yang berusia beberapa tahun masih seringkali memiliki teknologi modern, fitur keselamatan yang canggih, dan riwayat servis yang jelas. Dengan harga mobil baru, kamu seringkali hanya mendapatkan model dasar (entry-level).
Namun, dengan jumlah uang yang sama, kamu dapat membeli mobil bekas yang berusia 2-3 tahun dengan tingkat trim yang lebih tinggi atau bahkan merek mewah yang dulunya tidak terjangkau. Hal ini memberikan nilai yang lebih baik untuk setiap rupiah yang kamu keluarkan dan memberi kamu fleksibilitas finansial yang lebih besar, memungkinkan kamu mengalokasikan dana tersebut untuk investasi atau tujuan keuangan lainnya yang lebih produktif.
















