Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Neta Auto Masih Krisis, Papan Logo Perusahaan Dicopot

Neta X (neta.hk)
Neta X (neta.hk)
Intinya sih...
  • Neta Auto, perusahaan mobil listrik China, mengalami masa sulit dengan papan nama kantor dicopot dan kepemimpinan direstrukturisasi.
  • Hozon New Energy Automobile, perusahaan induk Neta, ingin mencopot CEO Fang Yunzhou karena kerugian besar dan utang mencapai 2,5 miliar dolar AS.
  • Neta menunggak utang lebih dari 6 miliar yuan ke pemasok, produksi mobil terhenti total, penjualan turun drastis, dan rencana ekspansi tertunda.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perusahaan mobil listrik asal China, Neta Auto, sedang berada di masa yang sulit. Baru-baru ini, papan nama mereka di kantor pusat Shanghai sudah dicopot, tanda bahwa mereka telah pindah ke lokasi baru yang belum diketahui alamat pastinya. Banyak orang menduga langkah ini berkaitan dengan kondisi internal perusahaan yang sedang kacau.

Kabar dari CarnewsChina menyebutkan kalau perusahaan induk Neta, yaitu Hozon New Energy Automobile, sedang sibuk merombak kepemimpinan. Mereka bahkan disebut-sebut ingin mencopot sang pendiri sekaligus CEO, Fang Yunzhou, dari jabatannya. Ini terjadi karena perusahaan sedang mengalami banyak masalah besar, mulai dari kerugian besar, rantai pasokan terputus, sampai pabrik yang tutup.

1. Kerugian besar dan utang yang menumpuk

ilustrasi mencatat utang (freepik.com/rawpixel.com)
ilustrasi mencatat utang (freepik.com/rawpixel.com)

Fang yang dulunya dipuji karena kepemimpinannya, kini malah dikritik karena dianggap gagal mengelola keuangan dan strategi perusahaan. Pemegang saham, yang sebagian besar merupakan perusahaan milik negara, sudah mulai kehilangan kepercayaan. Mereka kesal karena kerugian perusahaan telah mencapai 18,3 miliar yuan atau sekitar 2,5 miliar dolar AS, serta utang perusahaan makin membengkak sampai rasio utangnya tembus 217 persen.

Karena itu, beberapa investor negara mulai mendorong agar Neta segera direstrukturisasi. Langkah ini bisa jadi pertanda kalau Neta berpotensi bangkrut. Ini tentu kabar buruk untuk perusahaan yang sebelumnya sempat jadi salah satu startup kendaraan listrik paling menjanjikan di China.

2. Produksi terhenti, pesanan tertunda

Neta V-II meluncur di Indonesia (neta.co.id)
Neta V-II meluncur di Indonesia (neta.co.id)

Masalah Neta gak berhenti di situ. Mereka juga menunggak pembayaran ke para pemasok, termasuk perusahaan besar seperti CATL yang membuat baterai. Total utangnya ke pemasok dilaporkan sudah lebih dari 6 miliar yuan (sekitar 833 juta dolar AS). Karena belum dibayar, beberapa pemasok pun menghentikan pengiriman komponen penting, yang akhirnya membuat produksi mobil Neta berhenti total.

Padahal, Neta sempat berharap bisa ekspansi ke luar negeri, termasuk Thailand, dengan jalur kredit sekitar 2,15 miliar yuan atau hampir 300 juta dolar AS. Tapi karena produksi di dalam negeri macet, pengiriman untuk pesanan internasional pun ikut tertunda.

3. Penjualan anjlok dan krisis kepercayaan

Kantor Nissan (nissan-global.com)
Kantor Nissan (nissan-global.com)

Penjualan mobil Neta juga menunjukkan penurunan tajam. Kalau di tahun 2022 mereka berhasil menjual 152 ribu unit, angka itu turun jadi 127 ribu di 2023, dan makin merosot jadi 64 ribuan unit di 2024. Kondisi ini makin parah dengan munculnya kabar PHK massal, tutupnya sejumlah toko, serta protes dari pemasok yang belum dibayar.

Meskipun manajemen sudah mencoba berbagai cara, seperti memangkas insentif dan merampingkan bisnis, usaha itu belum berhasil menyelamatkan perusahaan. Kini, masa depan Neta Auto masih penuh tanda tanya: apakah mereka bisa bangkit kembali, atau justru jadi salah satu contoh kegagalan startup otomotif yang terlalu cepat berkembang tanpa perencanaan matang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us