Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Razia Pekerja d Pabrik Hyundai-LG Berpotensi Tunda Peluncuran Mobil Baru

ilustrasi robot Al (pexels.com/Hyundai Motor Group)
ilustrasi robot Al (pexels.com/Hyundai Motor Group)
Intinya sih...
  • Razia terbesar dalam sejarah Departemen Keamanan Dalam Negeri AS
  • Penggerebekan dilakukan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) AS dan disebut sebagai operasi terbesar yang pernah mereka lakukan.
  • Ditemukan dugaan penggunaan pekerja ilegal di pabrik Hyundai-LG, dengan 475 pekerja ditangkap, mayoritas berkewarganegaraan Korea Selatan.
  • Proses deportasi massal pekerja asing
  • Dari 475 pekerja yang ditangkap, 330 orang telah dipulangkan ke negara asalnya.
  • Langkah deportasi massal ini menegaskan komitmen pemerintah AS dalam menegakkan aturan tenaga kerja, namun menimbulkan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution memutuskan menunda operasional pabrik baterai mereka di Georgia, Amerika Serikat, setelah pemerintah setempat melakukan razia besar-besaran terhadap semua pekerja di sana. Insiden ini bukan sekadar gangguan operasional biasa, melainkan sebuah peristiwa bersejarah dalam penegakan hukum tenaga kerja di AS.

CEO Hyundai, Jose Munoz, menyatakan bahwa dampak dari razia tersebut kemungkinan berlangsung berbulan-bulan. Padahal, fasilitas senilai 7,6 miliar dolar AS itu sebelumnya digadang-gadang akan menjadi salah satu pusat produksi baterai kendaraan listrik terbesar di kawasan. Kasus ini pun menimbulkan pertanyaan besar tentang praktik tenaga kerja, investasi asing, dan masa depan pasokan baterai untuk mobil listrik Hyundai.

1. Razia terbesar dalam sejarah Departemen Keamanan Dalam Negeri AS

ilustrasi bekerja di luar negeri (pexels.com/Hyundai Motor Group)
ilustrasi bekerja di luar negeri (pexels.com/Hyundai Motor Group)

Penggerebekan dilakukan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) AS dan disebut sebagai operasi terbesar yang pernah mereka lakukan. Dari hasil investigasi selama satu bulan penuh, ditemukan adanya dugaan penggunaan pekerja ilegal dalam jumlah besar di pabrik Hyundai-LG. Akibatnya, 475 pekerja ditangkap, mayoritas berkewarganegaraan Korea Selatan.

Peristiwa ini menjadi pukulan keras bagi Hyundai dan LG, yang selama ini menjadikan pabrik tersebut sebagai simbol keseriusan mereka dalam berinvestasi di pasar kendaraan listrik Amerika. Meski lokasi sempat menuai pujian berkat investasi masifnya, pengawasan hukum ternyata tetap ketat dan tidak pandang bulu terhadap pelanggaran yang dianggap merugikan sistem ketenagakerjaan AS.

2. Proses deportasi massal pekerja asing

ilustrasi pesawat (freepik.com/onlyyouqj)
ilustrasi pesawat (freepik.com/onlyyouqj)

Menurut laporan media AS, dari 475 pekerja yang ditangkap, 330 orang telah dipulangkan ke negara asalnya. Dari jumlah itu, 316 orang berasal dari Korea Selatan, 10 dari Tiongkok, 3 dari Jepang, dan 1 dari Indonesia. Mereka diterbangkan melalui Bandara Internasional Hartsfield-Jackson Atlanta dengan pesawat sewaan pemerintah Korea Selatan.

Langkah deportasi massal ini menegaskan komitmen pemerintah AS dalam menegakkan aturan tenaga kerja. Namun, di sisi lain, peristiwa ini menimbulkan dilema diplomatik, terutama bagi Korea Selatan yang selama ini menjadi mitra penting AS dalam industri otomotif dan energi hijau. Bahkan Presiden Korea Selatan menyatakan bahwa razia ini dapat mempengaruhi iklim investasi ke depan.

3. Dampak terhadap rantai pasok dan strategi Hyundai

Ilustrasi logo hyundai (freepik.com/Stephen Kidd)
Ilustrasi logo hyundai (freepik.com/Stephen Kidd)

Penundaan operasi pabrik di Georgia jelas mengganggu strategi jangka pendek Hyundai. Jose Munoz mengungkapkan bahwa untuk sementara perusahaan akan mengandalkan pasokan baterai dari fasilitas lain, termasuk pabrik di Georgia yang dioperasikan bersama SK On, hingga fasilitas Hyundai-LG kembali beroperasi.

Meski begitu, kasus ini bisa berdampak pada rencana ekspansi kendaraan listrik Hyundai di pasar Amerika. Penundaan produksi baterai berpotensi menunda peluncuran beberapa model baru atau meningkatkan biaya produksi karena harus mencari sumber baterai alternatif. Hal ini juga menyoroti betapa rapuhnya rantai pasok global, terutama di sektor teknologi tinggi seperti kendaraan listrik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Automotive

See More

5 Penyebab Motor Tiba-tiba Mengalami Mati Mesin saat Mendaki Tanjakan

14 Sep 2025, 08:08 WIBAutomotive