Jakarta, IDN Times - Ngantuk saat memboceng di motor memang sering kali terjadi. Penyebabnya bisa jadi karena kurang tidur, bosan, atau karena terpaan angin saat berkendara.
Tapi inget ya, ngantuk saat membonceng itu berbahaya karena bisa membuatmu jatuh atau menyebabkan motor menjadi oleng hingga kehilangan kendali. Nah, berikut tips biar gak ngantuk saat membonceng motor.
Bila rasa kantuk sudah mulai dirasa, ada baiknya kamu mengajak ngobrol si pengendara motor. Karena bisa jadi, rasa kantuk muncul karena kamu terlalu bosan saat perjalanan.
Namun, yang harus diingat kalau mengobrol sesekali saja, jangan terlalu asyik karena bisa memecah konsentarsi si pengendara motor.
Ketika dibonceng dan kamu tidak bisa melakukan banyak aktifitas, kamu bisa mencba untuk mengunyah permen mint atau permen karet. Gerakan otot atau rasa mint yang muncul bisa meningkatkan konsentrasi saat berada di kendaraan.
Jika rasa kantuk yang kamu rasakan belum juga hilang, kamu bisa meminta untuk berhenti sejenak. Istirahatlah dengan memejamkan mata sebentar, karena jika sudah sangat mengantuk terlalu berbahaya untuk melanjutkan perjalanan.
Namun, jangan lupa untuk mencari tempat istirahat yang aman. Setelah itu kamu bisa mencoba pemanasan agar otot-otot tubuhmu tidak kaku dan siap untuk melanjutkan perjalanan kembali.
Jika kamu dibonceng motor, maka mendengarkan musik bisa jadi alternative untuk menghalau rasa kantuk. Dengarkan musik yang kamu suka dengan volume suara yang masih aman untuk telinga.
Senyawa aktif utama yang ada di dalam kopi terbukti bekerja untuk membantumu menepis ras kantuk. Mata yang sebelumnya sayu karena mengantuk, berubah jadi melek seketika.
Kafein ini bekerja pada sistem saraf pusat dengan meningkatkan energy, suasana hati, bahkan hingga detak jantung.
Rasa kantuk bisa muncul karena tidak adanya sirkulasi udara yang baik saat mengenakan helm. Kondisi muka yang tertutup kaca helm juga seringkali mengakibatkan kelelahan pada mata.
Oleh karena itu, sesekali membuka kaca helm bisa menjadi solus menghilangkan rasa kantuk yang datang.
Penulis: Tasqiya Ratnasari