Kurang Tidur Tapi Nekat Touring Motor, Ini Dampaknya Bagi Tubuh

- Penurunan fokus dan reaksi tubuh melambatKurang tidur membuat otak bekerja tidak optimal. Fokus menurun, konsentrasi mudah terpecah, dan kemampuan mengambil keputusan menjadi lebih lambat.
- Daya tahan tubuh menurun dan cepat lelahKurang tidur berdampak langsung pada stamina. Tubuh akan lebih cepat merasa lelah, pegal, dan kehilangan tenaga meski perjalanan belum terlalu jauh.
- Gangguan emosi dan risiko microsleepEfek lain dari kurang tidur adalah perubahan emosi. Pengendara menjadi lebih mudah marah, tidak sabar, dan cenderung ceroboh.
Touring motor sering dianggap sebagai aktivitas menyenangkan untuk melepas penat, menikmati perjalanan panjang, dan merasakan kebebasan di jalan. Namun, di balik euforia tersebut, ada risiko besar yang sering diabaikan, yaitu kondisi tubuh yang kurang tidur sebelum memulai perjalanan.
Banyak pengendara tetap memaksakan touring meski tidur hanya beberapa jam, dengan alasan sudah terbiasa atau ingin mengejar waktu. Padahal, kurang tidur dapat memengaruhi kondisi fisik dan mental secara signifikan, terutama saat berkendara jarak jauh yang menuntut konsentrasi tinggi.
1. Penurunan fokus dan reaksi tubuh melambat

Kurang tidur membuat otak bekerja tidak optimal. Fokus menurun, konsentrasi mudah terpecah, dan kemampuan mengambil keputusan menjadi lebih lambat. Saat touring motor, kondisi ini sangat berbahaya karena pengendara harus terus waspada terhadap perubahan situasi jalan, kendaraan lain, dan kondisi cuaca.
Reaksi tubuh yang melambat juga meningkatkan risiko kecelakaan. Saat menghadapi situasi darurat, seperti kendaraan tiba-tiba berhenti atau jalan berlubang, pengendara yang kurang tidur membutuhkan waktu lebih lama untuk merespons. Dalam kecepatan tinggi, selisih waktu sepersekian detik saja bisa berakibat fatal.
2. Daya tahan tubuh menurun dan cepat lelah

Kurang tidur berdampak langsung pada stamina. Tubuh akan lebih cepat merasa lelah, pegal, dan kehilangan tenaga meski perjalanan belum terlalu jauh. Otot-otot menjadi kurang responsif, sehingga kontrol motor terasa lebih berat, terutama saat harus berkendara berjam-jam tanpa jeda panjang.
Selain itu, sistem imun juga melemah ketika tubuh kekurangan waktu istirahat. Hal ini membuat pengendara lebih rentan mengalami sakit saat atau setelah touring, seperti masuk angin, pusing, atau gangguan pencernaan. Kondisi ini tentu mengurangi kenyamanan perjalanan dan bisa memaksa touring dihentikan di tengah jalan.
3. Gangguan emosi dan risiko microsleep

Efek lain dari kurang tidur adalah perubahan emosi. Pengendara menjadi lebih mudah marah, tidak sabar, dan cenderung ceroboh. Dalam perjalanan panjang, emosi yang tidak stabil dapat memicu keputusan berisiko, seperti memacu motor secara agresif atau memaksakan diri meski kondisi tubuh sudah tidak fit.
Risiko paling berbahaya adalah microsleep, yaitu kondisi tertidur singkat tanpa disadari selama beberapa detik. Microsleep bisa terjadi meski mata terlihat terbuka. Saat touring motor, kondisi ini sangat berisiko karena dalam hitungan detik pengendara bisa keluar jalur atau kehilangan kendali sepenuhnya.
Lalu, berapa tidur minimal sebelum touring motor? Idealnya, pengendara mendapatkan tidur berkualitas selama 7 hingga 9 jam pada malam sebelum perjalanan. Jika sulit mencapai durasi tersebut, tidur minimal 6 jam masih dianggap batas aman, meski tetap disarankan untuk menambah waktu istirahat melalui tidur siang singkat sebelum berangkat.
Selain durasi, kualitas tidur juga penting. Usahakan tidur lebih awal, hindari kafein berlebihan, dan kurangi penggunaan gawai sebelum tidur. Saat touring, lakukan istirahat setiap 2–3 jam untuk meregangkan tubuh dan memulihkan fokus. Dengan tubuh yang cukup istirahat, perjalanan touring tidak hanya lebih nyaman, tetapi juga jauh lebih aman.
















