Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Negara Paling Terpuruk Ekonominya pada 2025, Siapa Terparah?

ilustrasi ekonomi dunia (pexels.com/Monstera Production)
Intinya sih...
  • Sudan Selatan (-4,31 persen): Ekspor minyak menurun tajam akibat konflik politik dan inflasi tidak terkendali.
  • Equatorial Guinea (-4,20 persen): Kontraksi ekonomi besar karena ketergantungan pada sektor minyak tanpa diversifikasi.
  • Venezuela (-4 persen): Krisis disebabkan sanksi ekonomi, inflasi tinggi, korupsi sistemik, pengangguran, dan kemiskinan.

Tidak semua negara bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang stabil setiap tahun. Adakalanya satu negara harus menghadapi tekanan ekonomi luar biasa, entah karena konflik, ketergantungan terhadap sumber daya tertentu, atau kebijakan yang tidak efektif. Tahun 2025 jadi saksi bagaimana beberapa negara justru mencatat pertumbuhan negatif, alias ekonominya menyusut.

Hal yang bikin kaget, dalam daftar ini tidak hanya diisi oleh negara berkembang, tapi juga negara maju dari Eropa dan Amerika. Bahkan beberapa negara dengan infrastruktur canggih dan kualitas hidup tinggi pun harus berhadapan dengan stagnasi ekonomi.

Data ini berdasarkan proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang mencatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) riil tiap negara. Berikut daftar 10 negara yang ekonominya paling terpuruk pada 2025.

1. Sudan Selatan (-4,31 persen)

ilustrasi warga bersenjata di Sudan Selatan (unsplash.com/Randy Fath)

Sudan Selatan menjadi negara dengan ekonomi paling terpuruk tahun ini. Penyebab utamanya adalah penurunan tajam ekspor minyak, yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi.

Kondisi tersebut diperparah oleh konflik politik internal. Selain itu, tekanan inflasi yang tidak terkendali.

2. Equatorial Guinea (-4,20 persen)

ilustrasi negara Guinea Khatulistiwa (pexels.com/Ness'arts Prod)

Guinea Khatulistiwa juga mengalami kontraksi ekonomi besar akibat ketergantungan terhadap sektor minyak.

Sayangnya, negara ini belum berhasil membangun sektor ekonomi lain yang bisa menopang pertumbuhan jangka panjang. Minimnya diversifikasi membuat perekonomian gampang terguncang.

3. Venezuela (-4 persen)

ilustrasi pantai di negara Venezuela (unsplash.com/Eduardo Juhyun Kim)

Meski punya cadangan minyak terbesar di dunia, Venezuela terus dilanda krisis. Sanksi ekonomi dari luar negeri, inflasi yang tidak terkendali, dan korupsi sistemik jadi faktor utama penyebab kehancuran ekonomi negara.

Kondisi sosial masyarakat juga makin memburuk karena tingginya angka pengangguran dan kemiskinan.

4. Irak (-1,5 persen)

ilustrasi arsitektur masjid di negara Irak (pexels.com/Hisham Yahya)

Irak masih kesulitan bangkit dari dampak perang dan ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun. Ketergantungan terhadap minyak membuat perekonomian negara ini sangat rentan terhadap fluktuasi harga global.

Investasi asing juga menurun karena situasi keamanan yang belum sepenuhnya pulih.

5. Yaman (-1,5 persen)

ilustrasi anak-anak penduduk lokal negara Yaman (pexels.com/irwan zahuri)

Yaman terjebak dalam konflik bersenjata berkepanjangan yang memporak-porandakan semua sektor, termasuk ekonomi.

Infrastruktur hancur, akses logistik terganggu, dan banyak warga terpaksa mengungsi. Dalam situasi seperti ini, sulit bagi Yaman untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang sehat.

6. Haiti (-1 persen)

ilustrasi anak kecil penduduk lokal negara Haiti (pexels.com/Kelly)

Krisis politik dan kerusuhan sosial membuat Haiti masuk dalam daftar ini. Negara ini juga sering dilanda bencana alam yang menghancurkan infrastruktur dan memperlambat pemulihan ekonomi.

Kondisi tersebut memicu penurunan drastis dalam kegiatan ekonomi dan kepercayaan investor.

7. Puerto Rico (-0,8 persen)

ilustrasi festival budaya negara Puerto Rico (pexels.com/Heriberto Jahir Medina)

Meskipun berada di bawah administrasi Amerika Serikat (AS), Puerto Riko tetap menghadapi banyak tantangan ekonomi.

Masalah utamanya adalah utang yang membengkak dan eksodus penduduk ke daratan utama AS. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi menjadi sangat lambat bahkan cenderung negatif.

8. Sudan (-0,38 persen)

ilustrasi anak kecil penduduk lokal negara Sudan (unsplash.com/Yusuf Yassir)

Sudan masih dihantui konflik sipil dan ketidakstabilan pemerintahan. Situasi ini membuat aktivitas ekonomi terganggu, terutama di sektor pertanian dan perdagangan. Selain itu, hubungan ekonomi dengan dunia internasional juga belum sepenuhnya pulih.

9. Botswana (-0,36 persen)

ilustrasi alam liar di negara Botswana (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Botswana dikenal sebagai salah satu negara stabil di Afrika, tapi pada 2025, ekonominya justru menurun.

Ketergantungan pada sektor tambang, terutama berlian, membuatnya rentan saat permintaan global melemah. Diversifikasi ekonomi yang belum maksimal jadi tantangan utama.

10. Austria (-0,26 persen)

ilustrasi arsitektur gereja di negara Austria (pexels.com/Pixabay)

Austria menjadi salah satu negara maju yang justru mengalami pertumbuhan negatif. Tantangan yang dihadapi antara lain inflasi tinggi, populasi menua, dan produktivitas yang stagnan. Masalah ini juga dialami beberapa negara Eropa lainnya seperti Jerman dan Italia.

Daftar ini menunjukkan ekonomi dunia tidak bisa diprediksi hanya dari status negara, baik negara maju maupun berkembang tetap bisa terpukul. Konflik, ketergantungan pada sektor tertentu, hingga tantangan struktural dalam negeri bisa jadi pemicu utama kehancuran ekonomi.

Buat kamu yang tertarik dengan isu global, penting banget untuk terus update dan memahami apa yang sebenarnya terjadi di balik angka-angka pertumbuhan ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Jujuk Ernawati
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us