Ada Sentimen Neraca Perdagangan, Simak Rekomendasi Saham Pekan Ini

- IHSG ditutup di level 6.262 pada akhir perdagangan Jumat, melemah -3,9% dibandingkan pekan sebelumnya.
- Sentimen global dan domestik memicu pelemahan IHSG, termasuk harga emas yang melonjak dan kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.
- Pekan ini perlu diwaspadai neraca perdagangan Indonesia dan dividend yield, serta rekomendasi saham PT Indo Premier Sekuritas.
Jakarta, IDN Times - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.262 pada akhir perdagangan Jumat (11/4/2025) lalu, atau melemah kurang lebih -3,9 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Pada masa penurunan IHSG ini, investor asing masih melanjutkan penjualan (out flow) mencapai Rp5,3 triliun di pasar reguler.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan, menjelaskan secara teknikal IHSG masih belum mampu menembus area MA20.
“Area resistance 6500 menjadi area yang sangat penting untuk diperhatikan pelaku pasar, karena area ini merupakan support yang sudah diuji berkali-kali dan dipertahankan dari 2022,” ujar David dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/4/2025).
1. Sentimen pemicu pelemahan IHSG pekan lalu

David menyebutkan ada dua sentimen global dan satu sentimen domestik yang menjadi pemicu pelemahan IHSG pekan lalu, dari global ada sentimen harga emas dan kebijakan tarif Presiden Amerikan Serikat (AS) Donald Trump.
David menjelaskan, harga emas telah melonjak melewati 3.200 dolar AS per ons didorong melemahnya dolar AS dan meningkatnya permintaan aset safe haven di tengah volatilitas pasar, dan ketegangan perdagangan yang sedang berlangsung. Investor beralih ke emas sebagai lindung nilai terhadap potensi penurunan ekonomi dan fluktuasi mata uang.
Sementara itu terkait kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, pemerintah AS kembali memberlakukan tarif impor tinggi, termasuk tarif sebesar 145 persen terhadap produk dari China. Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan perang dagang yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
“Dampaknya terasa di berbagai pasar saham dunia, termasuk Indonesia, di mana IHSG mengalami penurunan tajam hingga 7,9 persen pada 8 April 2025,” kata David.
Adapun dari domestik, David menyebutkan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terkait dampak tarif AS terhadap ekonomi Indonesia, yang diperkirakan akan mengurangi pertumbuhan 0,3 hingga 0,5 poin persentase.
Namun, dengan adanya penundaan selama 90 hari, pemerintah berencana melakukan deregulasi, pemotongan pajak, dan pelonggaran kebijakan impor, guna mengurangi dampak negatif tersebut. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan menarik kembali minat investor.
2. Sentimen yang wajib diwaspadai pekan ini

Untuk pekan ini, David menyebutkan, ada dua sentimen yang perlu diwaspadai trader, yakni neraca perdagangan Indonesia dan dividend yield. Sebagai informasi, perdagangan pada pekan ini hanya berlangsung empat hari, sebab Jumat (18/4/2025) merupakan tanggal merah.
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data neraca perdagangan Indonesia Maret 2025 pada pekan ini. Data ini mencerminkan selisih antara ekspor dan impor, sehingga sering dijadikan indikator awal kondisi ekonomi dan kinerja sektor riil.
"Surplus neraca perdagangan yang lebih besar dari ekspektasi bisa jadi sentimen positif untuk pasar saham, terutama sektor komoditas, seperti CPO, batu bara, dan logam. Sementara itu, defisit atau surplus yang lebih kecil bisa menekan nilai tukar Rupiah dan memicu kekhawatiran investor yang berpotensi menimbulkan aksi jual terutama dari investor asing,” tutur David.
Sementara dividend yield yang tinggi dari sektor perbankan memberikan daya tarik tersendiri di tengah pasar yang fluktuatif. Namun, potensi aksi jual setelah cum date serta tekanan global, bisa memicu pergerakan harga yang kurang stabil.
Strategi jangka menengah dan analisis fundamental tetap krusial. Contohnya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau BNI yang akan cum date 14 April dan ex date 15 April dengan estimasi dividend yield 8-9 persen.
3. Rekomendasi saham pekan ini

Berkaca pada sentimen di atas, PT Indo Premier Sekuritas merekomendasikan sejumlah saham untuk dipantau pekan ini. Berikut ulasannya:
1. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
Dalam pekan ini BBNI akan mendekati tanggal cum date dan ex date. Potensi keuntungan dividen yang didapatkan setara dengan yield 8-9 persen. Tentu saja yield ini lebih tinggi dari bunga deposito ataupun rata-rata SBN.
2. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA)
Saat ini harga acuan HRTA sudah menyentuh area all time. Emiten-emiten seperti HRTA yang bergerak di bidang emas, lebih tepatnya perhiasan, tentunya akan diuntungkan dengan kondisi saat ini. Jika harga acuan emas bertahan lama, ada potensi pendapatan HRTA pada 2025 akan naik cukup signifikan.
3. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP)
INKP mengumumkan laba bersih mencapai 424,3 juta dolar AS atau surplus 3,12 persen dari periode sama tahun sebelumnya yang hanya 411,46 juta dolar AS. Secara teknikal, saat ini INKP membentuk pattern intensity di area support dan jika berhasil breakout cukup menarik untuk jangka pendek.