Impor Bahan Baku Masih Tinggi, Pemerintah Didesak Genjot Pemberdayaan
Gula menjadi bahan baku penekan devisa terbesar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arief Budimanta menyarankan agar pemerintah tidak agresif dalam melakukan impor, terutama untuk bahan baku.
Hal tersebut disampaikannya, menyusul angka neraca perdagangan per April yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa hari lalu, tercatat defisit US$2,5 miliar atau paling besar sejak enam tahun terakhir.
Baca Juga: 5 Fakta Seputar Impor Pangan di Era Jokowi
1. Pemberdayaan industri gula penting untuk menekan impor
Arief mengatakan, bahan baku masih mendominasi impor yakni sebesar 75 persen berdasarkan kategori barang. Menurutnya, gula menjadi penyumbang bahan baku impor terbesar.
Berdasarkan data dari paparan yang disajikan pada Jumat (17/5) dalam waktu dua tahun gula bisa memakan devisa sebesar Rp65 triliun. Dengan kondisi tersebut, dia menyarankan pemerintah dapat melakukan budi daya untuk menyehatkan Industri yang tentunya akan berdampak pada neraca perdagangan di tanah air.
"Kalau ingin menekan neraca perdagangan kita perlu dorong pengembangan budidaya industri gula dalam negeri, bisa berbasis tebu, jagung dan tepioka" kata Arief di Jakarta, Jumat (17/5).
Baca Juga: Ombudsman Peringatkan Pemerintah soal Impor Pangan, Ini Alasannya
Baca Juga: Buwas: Kita Tidak Perlu Lagi Impor Beras Tahun Ini