Ekspor Meningkat, AS dan China Jadi Pemborong CPO Sawit Indonesia

Industri sawit sumbang devisa US$5,29 miliar

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengungkapkan, kinerja industri sawit Indonesia tetap positif di tengah penurunan perminaan dari Eropa. Dia mengungkapkan ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia ke sejumlah negara justru naik.

Dia menyebut dua negara yang paling banyak membeli CPO Indonesia adalah Amerika Serikat dan China. 

"Ekspor ke Eropa turun, ekspor USA naik, ke China, India, Pakistan, dan Bangladesh tetap bertahan," ujar Eddy dalam media gathering yang digelar di Jakarta, Jumat (14/4/2023).

Baca Juga: Pungutan Ekspor Sawit Tembus Rp9 Triliun hingga 10 April

1. Sumbang devisa US$5,29 miliar

Ekspor Meningkat, AS dan China Jadi Pemborong CPO Sawit IndonesiaKebun sawit (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Eddy juga memaparkan industri kelapa sawit menyumbang devisa bagi RI sebesar 5,29 miliar dolar AS atau setara, Rp78,19 triliun, pada periode Januari-Februari 2023. 

“Ekspor minyak sawit dalam neraca perdagangan Indonesia dalam neraca perdagangan kontribusinya positif, sampai dengan Februari ini masih 5,29 miliar dolar AS. Ini sebabkan neraca perdagangan kita positif,” ujar Eddy dilansir dari ANTARA.

Baca Juga: Hak Ekspor Produsen CPO Ditahan, Diberikan Lagi Usai Lebaran

2. Ekspor meningkat di Februari

Ekspor Meningkat, AS dan China Jadi Pemborong CPO Sawit IndonesiaKapal kargo memuat bungkil inti sawit (palm kernel) di Dermaga C Pelabuhan PT Pelindo I Dumai di Dumai, Riau, Selasa (10/3/2020). Kegiatan ekspor CPO dan turunannya di seluruh pelabuhan yang ada di Kota Dumai tercatat pada Januari-Februari 2020 sebanyak 2,36 juta ton atau mengalami penurunan sekitar 16 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 2,80 juta ton akibat pengaruh kewaspadaan COVID-19 pada perdagangan internasional dan berkurangnya produksi di perkebunan akibat perubahan cuaca ekstrem (ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid)

Eddy juga menuturkan, nilai ekspor mengalami kenaikan dari 2,6 miliar dolar AS pada Januari 2023 menjadi 2,68 miliar dolar AS pada Februari 2023 ini. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan ekspor pada olahan minyak sawit.

Ekspor meningkat dari 2.121 ribu ton pada Januari menjadi 2.254 ribu ton pada Februari, di mana harga produk olahan lebih tinggi dari harga bahan baku CPO.

Kemudian, Gapki turut mencatat tren penurunan volume ekspor pada Februari 2023 sebanyak 2,91 juta ton, sementara pada Januari tercatat sebesar 2,94 juta ton.

Baca Juga: Menkeu Waspadai Anjloknya Harga Minyak dan CPO, Apa Imbasnya?

3. Konsumsi dalam negeri meningkat

Ekspor Meningkat, AS dan China Jadi Pemborong CPO Sawit IndonesiaKebun sawit (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Gapki juga mencatat jumlah konsumsi dalam negeri berangsur meningkat, yakni pada 2022 mencapai 20,9 juta ton, sementara pada tahun 2021 tercatat sebesar 18,4 juta ton dan 2019 sebesar 16,7 juta ton.

“Kalau kita melihat produksi 4 tahun terakhir memang kecenderungannya sudah stagnan, sementara dari grafik konsumsi justru terjadi kenaikan,” ujar Eddy.

Lebih lanjut, Eddy pun meyakini pada 2023 kenaikan konsumsi akan terjadi karena adanya mandatory B35 yang diprediksi mendongkrak konsumsi hingga 3 juta ton. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya meminta pemerintah agar program peremajaan sawit rakyat (PSR) dapat segera dilakukan.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya