Bahlil Curhat ke Prabowo Waktu Kecil Tak Dapat Akses Listrik

- Bahlil belajar di bawah cahaya kaleng susu dan minyak tanah.
- Pasokan listrik untuk desa jadi prioritas pemerintah.
- Akses listrik ke desa-desa dilakukan bertahap.
Jakarta, IDN Times - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan kepada Presiden Prabowo Subianto dirinya termasuk salah satu anggota kabinet yang lahir dan besar di desa tanpa akses listrik.
Sejak sekolah dasar, dia tidak pernah merasakan penerangan dari listrik. Kehidupan masyarakat di kampung saat itu sangat terbatas. Mereka hanya mengandalkan lampu pelita sederhana untuk penerangan. Sementara petromak hanya digunakan orang berada.
"Saya sudah lapor kepada Bapak Presiden, Bapak Presiden mungkin dari sekian menteri di anggota kabinet Bapak ini mungkin salah satu menteri yang lahir di desa dan cuma pakai lampu pelita itu saya. Saya SD sampai SD nggak ada listrik," katanya dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (2/7/2025).
1. Belajar di bawah cahaya kaleng susu dan minyak tanah

Bahlil menjelaskan penerangan di rumahnya pada masa kecil hanya berasal dari lampu buatan sendiri menggunakan kaleng bekas susu, sumbu, dan minyak tanah. Kondisi tersebut menyebabkan wajahnya sering menghitam akibat asap saat belajar di pagi hari.
"Syukur kalau ke sekolah kita mandi, kalau nggak mandi pasti kelihatan hitamnya," ungkapnya.
2. Pasokan listrik untuk desa jadi prioritas pemerintah

Bahlil menyampaikan berdasarkan arahan dan visi Prabowo, program swasembada energi perlu diarahkan hingga ke tingkat desa. Dia menekankan pentingnya menghadirkan akses energi yang merata hingga pelosok.
"Nah saya sampaikan kepada Bapak Presiden atas arahan dan visi Bapak Presiden tentang swasembada energi jadi energi ini harus juga diletakkan di desa-desa," tambahnya.
3. Akses listrik ke desa-desa dilakukan bertahap

Bahlil sebelumnya mengatakan listrik desa merupakan keharusan dan tanggung jawab negara karena hak dasar warga. Dia mengenang masa kecilnya di Maluku Tengah yang saat itu belum memiliki akses listrik.
"Saya lahir pakai lampu pelita, bukan di rumah sakit dan sekolah sampai SD itu tidak juga pakai listrik, penerangan didapat dari lampu pelita yang jika saya bangun pagi membuat kening saya hitam," katanya dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (29/5/2025).
Dia menyatakan tidak ingin ada anak-anak yang mengalami ketiadaan penerangan seperti dirinya dulu. Untuk itu, program Lisdes akan dijalankan secara bertahap hingga selesai pada 2029.
"Sesuai arahan Bapak Presiden agar di desa-desa yang belum ada listrik segera kita pasang, kita akan lakukan ini secara bertahap sampai tahun 2029 selesai," tambahnya.