Jakarta, IDN Times - PT Bibit Tumbuh Bersama (Bibit) merupakan salah satu Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Platform penjual reksa dana itu ditargetkan dapat meraih 100.000-200.000 nasabah hingga akhir tahun ini. Dilansir dari laman Bibit.id, bibit mengedepankan kemudahan dalam berinvestasi.
Setiap orang mempunyai profil yang berbeda. Untuk membentuk portofolio nasabah, Bibit terlebih dahulu mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui profil risiko.
Teknologi Bibit menggunakan riset pemenang Nobel Prize, Harry Markowitz. Sebuah metode pembentukan portofolio investasi yang dinamakan Modern Portfolio Theory.
Dengan menggunakan prinsip Modern Portfolio Theory, Bibit akan menyesuaikan investasi nasabah ke reksa dana yang cocok dengan profil risiko. Kemudian, melakukan rebalancing (penyesuaian) investasi tersebut dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan kondisi keuangan, usia, toleransi risiko, serta kondisi pasar.
Pada umumnya nasabah akan ditarik biaya komisi dari hasil penjualan reksa dana. Namun, semua pembelian reksadana di Bibit gratis biaya komisi.
Nasabah bisa mulai dengan dana Rp10 ribu dulu sampai merasa nyaman berinvestasi. Selain itu, dana investasi dapat dicairkan kapan pun dengan cepat tanpa penalti.
Keuntungan dari reksa dana bukan merupakan objek pajak. Hal itu berbeda dengan investasi properti ataupun emas.
Bibit juga tidak menyimpan dana nasabah. Dana yang diinvestasikan ditransfer langsung ke kustodian bank dan dikelola oleh perusahaan berlisensi OJK. Dana hanya dapat dicairkan ke rekening atas nama nasabah.
Bibit telah diakuisisi Wellson dan tim Stockbit pada Oktober 2018. Bibit telah mengantongi izin sebagai agen penjual reksa dana berbasis fintech dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2017.
Sebelumnya, pengembang Bibit adalah Juvenco Pelupessy, William Anwar, Hendy Djuarto, dan Harry Dinata serta didukung oleh pemodal utama (angel investor) Christopher Angkasa.