BI Prediksi Inflasi Melandai 2-4 Persen Mulai September 2023

Sleman, IDN Times - Bank Indonesia (BI) memprediksi tingkat inflasi mulai melandai, di kisaran 2-4 persen mulai September 2023.
Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter (DKEM) BI, Firman Mochtar mengatakan, prediksi tersebut sudah mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan inflasi, termasuk lonjakan harga pangan di hari besar keagamaan nasional (HBKN), seperti Ramadan dan Idul Fitri yang akan datang.
"Kalau beras, inflasi kan ada tiga komponen, inflasi inti, inflasi administered price, dan inflasi volatile food. Beras ini masuk ke volatile food. Kami perhatikan ini, proyeksi 2-4 persen tadi sudah kami pertimbangkan bagaimana perilaku, termasuk dampaknya terhadap inflasi. Jadi sudah kita akomodir," kata Firman dalam media briefing Bank Indonesia, Sabtu (18/3/2023).
1. BI antisipasi lonjakan inflasi

Selain mempertimbangkan hal-hal di atas, BI juga menyiapkan antisipasi agar tidak terjadi lonjakan inflasi melalui berbagai kebijakan.
"Tentunya respons yang kami tempuh sifatnya tidak hanya berdiri saat ini. Respons kami lakukan sifatnya juga lebih antisipiatif, lebih forward looking," ujar Firman.
2. Kebijakan suku bunga BI diyakini bisa tahan inflasi

BI sendiri telah mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen sejak Februari 2023.
Besaran tersebut diyakini bisa mendorong pencapaian target inflasi, yakni 2-4 persen mulai semester II-2023.
3. Inflasi IHK masih tembus di atas 5 persen pada Februari

Adapun pada Februari 2023, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) masih tembus 5,47 persen dibandingkan Februari 2022, atau secara year on year (yoy). Angka itu naik dari inflasi pada Januari 2023 yang sebesar 5,28 persen (yoy).
Kenaikan inflasi IHK itu disebabkan oleh naiknya inflasi harga bergejolak atau volatile food sebesar 7,62 persen (yoy). Adapun inflasi inti tercatat sebesar 3,09 persen (yoy).