Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Dana Asing Rp11,96 Triliun Keluar, Saham Paling Banyak Dijual

Pengunjung berjalan didekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Pengunjung berjalan didekat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Intinya sih...
  • Investor asing jual neto Rp11,96 triliun di pasar keuangan domestik, lebih banyak lepas saham daripada beli.
  • Investor asing melakukan pembelian bersih di pasar SBN senilai Rp3,28 triliun, namun mencatat penjualan bersih Rp2,24 triliun di SRBI.

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) mencatat, selama periode 14 hingga 16 April 2025, investor asing atau nonresiden melakukan jual neto senilai Rp11,96 triliun di pasar keuangan domestik.

Jual neto berarti jumlah penjualan lebih besar dibanding pembelian. Dalam periode tersebut, investor asing melepas kepemilikan di pasar saham sebesar Rp13,01 triliun, sambil melakukan pembelian bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp3,28 triliun.

"Jual neto Rp2,24 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (19/4/2025).

1. Investor asing ramai-ramai jual saham sejak Januari

Pengunjung melintas didepan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Pengunjung melintas didepan layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

BI menyampaikan, sepanjang 2025 hingga 16 April, investor asing lebih banyak menjual saham dibanding membelinya, dengan total penjualan bersih mencapai Rp36,86 triliun.

Sebaliknya, di pasar SBN, mereka justru tercatat membeli lebih banyak dibanding menjual, yaitu sebesar Rp9,63 triliun. Untuk instrumen SRBI, investor asing kembali mencatat penjualan bersih senilai Rp7,94 triliun.

2. Risiko kredit Indonesia menurun tercermin dari CDS

Ilustrasi Obligasi Syariah. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Obligasi Syariah. (IDN Times/Aditya Pratama)

Bank Indonesia mencatat premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun berada di posisi 106,39 basis poin (bps) per 16 April 2025. Angka itu lebih rendah dibanding posisi pada 11 April 2025 yang tercatat sebesar 111,73 bps.

Sebagai informasi, premi CDS merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengukur persepsi risiko suatu negara dalam membayar utangnya. Angka yang lebih tinggi menunjukkan risiko yang dinilai lebih besar oleh pasar.

"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," ujar Deny.

3. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun Indonesia turun

Ilustrasi Obligasi/Surat Berharga. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Obligasi/Surat Berharga. (IDN Times/Aditya Pratama)

Bank Indonesia melaporkan pada penutupan perdagangan Rabu (16/4/2025), imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara tenor 10 tahun tercatat turun ke level 6,93 persen. Pada waktu yang sama, yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury Note) tenor 10 tahun juga mengalami penurunan menjadi 4,277 persen.

Kemudian pada Kamis (17/4/2025) pagi, yield SBN 10 tahun tercatat stabil di level 6,93 persen, tidak mengalami perubahan dari posisi hari sebelumnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us