Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan (kanan) berjalan memasuki mobil tahanan usai ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi dalam tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tahun 2018-2023 di Kejaksaan Agung, Jakarta, Selasa (25/2/2025). (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi VI DPR RI, Nasril Bahar dari fraksi PAN menilai, pemerintah, DPR RI, Pertamina gagal membersihkan Pertamina. Sebab, menurutnya kasus suap PT Pertamina Energy Trading Limited (Petral) pada 2014 lalu masih membayangi Pertamina.
“Pada 2015, Petral, DPR sepakat untuk dibubarkan, diganti dengan ISC. Semua sepakat untuk menyelesaikan apa yang terjadi selama ini di Pertamina, betul ya Pak, sepakat kita waktu itu. DPR sangat getol 2015, itu pemerintahan Jokowi. Dan saya yakin apa yang terjadi hari ini, Petral masih juga bergentayangan di tubuh Pertamina,” ujar Nasril.
Kembali ke Mufti, dia mengatakan banyak insan Petral yang masih ada di internal Pertamina. Buktinya, Riva yang menjadi tersangka korupsi saat ini pernah bekerja di Petral, di Singapura, menjadi Bunker Trader selama satu tahun.
“Ternyata Dirut Pertamina (Patra Niaga) saat itu, Dirut itu salah satu orang Petral. Maka tidak heran, maka kemudian namanya Riva bekerja sama dengan geng mafia melakukan perampokan yang begitu besar terhadap duit negara, kalau itu betul terjadi begitu, Pak,” ujar Mufti.
Hal senada juga diungkapkan Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto dari fraksi PDIP.
“Apakah betul banyak orang Petral masih di dalam? Bapak (Simon) mau beresin apa enggak? Orang-orang Petral ini yang mafia dulu ini mau diberesin enggak? Atau setengah hati Bapak enggak bisa beresin? Buktinya kemarin Petral bubar, orangnya jadi Dirut (Patra Niaga) tuh,” ujar Darmadi.