Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ekonom Sebut Kebijakan Moneter Tiongkok Tidak Akan Dukung Dunia Lagi

Presiden Tiongkok, Xi Jinping, tiba pada upacara penyerahan medali untuk pejabat tinggi nasional dan asing pada kesempatan peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat Tiongkok di Balai Agung Rakyat di Beijing, Tiongkok, pada 29 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter

Jakarta, IDN Times – Ekonomi Tiongkok telah pulih begitu cepat dari pandemik corona akibat dukungan stimulus besar-besaran yang ditetapkan pemerintah untuk meredam dampak COVID-19 ke ekonominya.

Namun kini Tiongkok telah menarik kembali dukungan untuk ekonominya, lebih cepat daripada yang dilakukannya setelah krisis keuangan 2008 terjadi, menurut Allianz, mengutip CNBC, Senin (22/3/2021).

Menanggapi itu, ekonom senior Francoise Huang mengatakan langkah Tiongkok itu akan berdampak pada ekonomi global.

1. Ekonomi global kehilangan dukungan

(Presiden Tiongkok Xi Jinping menemui warga untuk kali pertama) www.twitter.com/@CCTV

Huang mengatakan  langkah stimulus besar-besaran Tiongkok telah membantu mendorong pertumbuhan di seluruh dunia. Namun kali ini negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu jelas lebih fokus pada penanganan masalah di dalam negeri, oleh karenanya dengan cepat menarik stimulusnya.

Langkah penarikan stimulus cepat negara ini tidak akan memberikan dukungan global yang sama seperti pada 2008 dulu, katanya mengutip sebuah laporan.

2. Sederet upaya Tiongkok

Xi Jinping tiba di upacara peletakan karangan bunga di Monumen untuk Pahlawan Rakyat di Lapangan Tiananmen, memperingati 70 tahun pendirian Republik Rakyat Tiongkok pada 30 September 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter

Kebijakan pelonggaran moneter Tiongkok, yang mencakup penerapan suku bunga yang lebih rendah, dimulai pada Januari 2020 setelah wabah COVID-19 menyebar makin cepat di dalam negeri.

Menurut Huang, dukungan pemerintah itu mencapai puncaknya sembilan bulan kemudian di bulan Oktober. Di mana hanya 41 persen dari intensitas yang terlihat setelah krisis keuangan.

“Itu berarti program stimulus virus corona China berakhir tiga bulan lebih awal dari program selama 12 bulan pada tahun 2009,” demikian menurut penelitian tersebut.

3. Pemulihan ekonomi Tiongkok

Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden (www.china-embassy.org)

Ekonomi Tiongkok tumbuh 2,3 persen tahun lalu dan merupakan satu-satunya negara besar yang mencatatkan pertumbuhan di tengah resesi global.

Pertumbuhan itu berhasil dicapai karena negara ini langsung menerapkan penguncian (lockdown) yang ketat dan pembatasan perjalanan internasional begitu wabah COVID-19 mulai meluas.

Ke depan, ekonomi Tiongkok juga diyakini akan tumbuh karena mendapat dukungan dari kebijakan Amerika Serikat (AS), mitra dagang utamanya. Sebagaimana diketahui, pemerintahan Presiden Joe Biden baru mengesahkan paket stimulus 1,9 triliun dolar AS bulan ini.

Kebijakan itu memiliki implikasi global, termasuk bagi pembuat kebijakan Tiongkok, kata Huang.

“Stimulus super AS dapat meningkatkan ekspor China ke AS tahun ini dan berikutnya sebesar 60 miliar dolar AS,” kata Huang, mengutip perkiraan dari anak perusahaan Allianz, Euler Hermes.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rehia Sebayang
EditorRehia Sebayang
Follow Us