Ekonom UI: Kenaikan Tarif Ojol Tingkatkan Inflasi

Jakarta, IDN Times - Kenaikan tarif ojek online (ojol) dinilai turut meningkatkan inflasi. Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal menyayangkan momentum kenaikan tarif ojol yang terjadi sesaat sebelum Bulan Ramadan.
Seperti diketahui, inflasi cenderung meningkat saat Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri tiba, menyusul tingginya permintaan masyarakat bagi sejumlah komoditas seperti makanan, minuman dan sandang.
“Kenaikan tarif ojol yang cukup tinggi tentunya akan berkontribusi bagi semakin tingginya tingkat inflasi. Apalagi berdasarkan hasil survei RISED, biaya pengeluaran transportasi sehari-hari berkontribusi sekitar 20 persen bagi pengeluaran konsumen per bulannya,” ujar Fithra dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (6/5).
1. Hampir 70 persen konsumen ojol berpenghasilan menengah ke bawah
Fithra menjelaskan, hampir 70 persen konsumen ojol berpenghasilan menengah ke bawah. Alhasil, mereka memilih untuk menggunakan angkutan umum.
"Merujuk penelitian sebelumnya, karakter konsumen 48-50 persen pendapatannya di bawah Rp 2,5 juta. Mereka gak bisa menerima (kenaikan tarif) sehingga beralih ke angkot. Biasanya jarak 40 km bayar Rp23 ribu, sekarang Rp40 ribu. Kenaikannya 2 kali lipat. Akibatnya, ada penurunan potensi penumpang," jelasnya.