Erick Ungkap Dirut Pertamina-Garuda Ikut ke AS buat Nego Tarif Trump

- Garuda Indonesia membeli pesawat dari Boeing senilai 3,2 miliar dolar AS hingga 2029.
- Pertamina akan meningkatkan impor energi dari AS hingga 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp243 triliun.
- BUMN dan pengusaha swasta, seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT FKS Food Sejahtera Tbk, ikut dalam negosiasi tarif impor resiprokal Presiden Amerika Serikat.
Jakarta, IDN Times - Menteri BUMN, Erick Thohir membenarkan BUMN dilibatkan sebagai pendukung tim negosiasi Indonesia untuk meraih kesepakatan terkait tarif impor resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri dan Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Wamildan Tsani Panjaitan ikut dalam rombongan tim negosiasi Indonesia ke AS yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
"Iya dong (ikut ke sana). Karena dia supporting system untuk menjaga transaksi," kata Erick di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (8/7/2025).
1. Garuda beli pesawat dari Boeing

Erick mengatakan, untuk Garuda Indonesia sendiri terlibat untuk melanjutkan kesepakatan pengadaan pesawat dengan Boeing. Erick mengatakan, Garuda telah memiliki kontrak baru dengan produsen pesawat asal AS tersebut.
"Termasuk pengadaan pesawat terbang yang memang kita masih kurang," ucap Erick.
Berdasarkan dokumen yang diperoleh IDN Times, Garuda Indonesia akan melakukan pengadaan pesawat senilai 3,2 miliar dolar AS (Rp51,8 triliun) hingga 2029, serta layanan perawatan pesawat senilai 11,2 miliar dolar AS (Rp181,4 triliun) hingga 2041 dengan Boeing.
2. Pertamina impor minyak mentah dari AS

Adapun Pertamina membuka impor minyak mentah dari AS, yang selama ini hanyalah LPG.
Dalam dokumen yang sama, disebutkan Pertamina akan meningkatkan impor energi dari AS hingga 15 miliar dolar AS atau sekitar Rp243 triliun. Rencana tersebut meliputi impor LPG senilai 3 miliar dolar AS (Rp48,6 triliun), minyak mentah sebesar 4,25 miliar dolar AS (Rp68,85 triliun), serta bensin senilai 8 miliar dolar AS (Rp129,6 triliun).
Impor LPG disebutkan meningkat 70 persen dibandingkan periode sebelumnya, sementara pembelian minyak mentah naik 38 persen dibandingkan tahun 2024.
"Tadi yang pembelian minyak, crude oil," tutur Erick.
3. Pengusaha swasta juga ikut

Erick mengatakan, bukan hanya BUMN yang diajak pemerintah mendukung negosiasi itu, tapi juga pengusaha swasta, seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT FKS Food Sejahtera Tbk, dan sejumlah asosiasi.
"Nggak hanya dari BUMN, dari private sector kan banyak. Ada dari Indofood, ada dari FKS, terus ada dari asosiasi," ujar Erick.