Harta Kekayaan Djoko Susanto, Pendiri dan Pemilik Alfamart

Jakarta, IDN Times - Djoko Susanto merupakan sosok di balik jenama Alfamart, salah satu jaringan minimarket terbesar di Indonesia. Kisahnya sebagai pengusaha dimulai ketika dia dan keluarganya memulai perusahaan dagang pada 1989 yang kemudian dijual mayoritas kepemilikannya kepada PT HM Sampoerna Tbk.
Kesepakatan tersebut menjadi langkah awal bagi transformasi bisnis yang akhirnya dikenal sebagai Alfamart. Melalui visi dan kepemimpinan Djoko, Alfamart berkembang pesat dan menjadi pionir dalam industri ritel di Indonesia.
Sebagai pendiri sekaligus pemilik Alfamart, berapa harta kekayaan Djoko Susanto? Berikut informasinya seperti dikutip dari Forbes.
1. Sejarah Alfamart dari awal berdiri hingga ekpansi nasional
Sebelum membahas harta kekayaan Djoko Susanto, ada baiknya kamu mengenal terlebih dahulu sejarah berdirinya Alfamart. Pada 1989, Djoko dan keluarganya mendirikan perusahaan dagang yang menjual berbagai macam produk. Pada Desember tahun yang sama, mereka menjual mayoritas kepemilikan perusahaan tersebut kepada PT HM Sampoerna Tbk.
Kemudian pada 2002, perusahaan ini mengakuisisi 141 gerai Alfa Minimart dan secara resmi mengubah nama menjadi Alfamart. Langkah ini menandai awal dari perjalanan ekspansi bisnis mereka di sektor ritel.
Tahun 2009 menjadi titik penting bagi Alfamart dengan pencatatan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana atau IPO. Pada tahun yang sama, mereka mulai memasuki pasar Bali dan memperkenalkan penggunaan conveyor belt dalam operasional toko mereka. Hingga akhir 2009, lebih dari 3.300 gerai Alfamart telah beroperasi di seluruh Indonesia.
Pada 2012, Alfamart melaksanakan penawaran umum terbatas tanpa hak memesan efek terlebih dahulu. Pada tahun yang sama, mereka mendirikan anak perusahaan bernama PT Sumber Indah Lestari yang berfokus pada perdagangan eceran kosmetik. Ekspansi mereka terus berlanjut dengan memasuki pasar Medan dan jumlah gerai mereka bertambah menjadi lebih dari 7.000.
Alfamart melakukan akuisisi tambahan saham PT Midi Utama Indonesia Tbk pada 2013. Mereka juga melakukan pemecahan nilai nominal saham dari Rp100 menjadi Rp10 per lembar saham.
Selain itu, Alfamart mendirikan anak perusahaan Alfamart Retail Asia Pte. Ltd dengan kepemilikan saham 100 persen. Tahun tersebut juga ditandai dengan ekspansi ke pasar Jambi, Pekanbaru, dan Banjarmasin sehingga jumlah total gerai yang beroperasi melebihi 8.500.
2. Ekspansi internasional
Pada 2014, Alfamart memulai ekspansi internasional dengan mendirikan Alfamart Trading Philippines Inc. melalui anak perusahaan Alfamart Retail Asia Pte. Ltd., menandai langkah pertama mereka memasuki pasar Filipina.
Tahun tersebut juga ditandai dengan beberapa langkah strategis seperti Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan I Sumber Alfaria Trijaya Tahap I dan penawaran umum saham terbatas tanpa hak memesan efek terlebih dahulu.
Selain itu, Alfamart meningkatkan kepemilikan saham di MIDI menjadi 86,72 persen dan memperluas jangkauan pasar domestiknya ke Pontianak dan Manado dengan total lebih dari 9.800 gerai yang beroperasi.
Tahun 2015, Alfamart mendirikan PT Sumber Trijaya Lestari dan kembali melakukan penawaran umum saham terbatas serta Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan I Sumber Alfaria Trijaya Tahap II. Mereka juga memperluas operasionalnya ke Batam dan menambah jumlah gerai yang beroperasi menjadi lebih dari 11.000.
Pada 2016, jumlah gerai Alfamart meningkat menjadi lebih dari 12.000, bersamaan dengan peluncuran AlfaMind, toko virtual pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi Augmented Reality.
Pada 2017, Alfamart melanjutkan ekspansinya dengan Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan II Sumber Alfaria Trijaya Tahap I, meningkatkan jumlah gerai menjadi lebih dari 13.500. Setahun kemudian, pada 2018, Alfamart melanjutkan Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan II Tahap II, mencapai lebih dari 13.600 gerai dan mengoperasikan 500 gerai di Filipina.
Pada 2019, Alfamart 20 tahun beroperasi di Indonesia dengan lebih dari 14.300 gerai. Mereka meluncurkan aplikasi Alfagift dan mengakuisisi PT Global Loyalty Indonesia dengan kepemilikan 75 persen, serta mengoperasikan lebih dari 750 gerai di Filipina dengan tiga gudang. Pada 2020, Alfamart mencapai lebih dari 15.400 gerai di Indonesia dan 1.000 gerai di Filipina.
Pada 2021, Alfamart meningkatkan setoran modal di PT Midi Utama Indonesia Tbk, meningkatkan kepemilikan menjadi 89,43 persen dan mengoperasikan lebih dari 16.492 gerai. Mereka memasuki pasar Papua dengan membuka 22 gerai dan mengoperasikan 1.945 Toko SAPA (Siap Antar Pesanan Anda) serta lebih dari 1.200 gerai di Filipina.
Pada 2022, jumlah gerai Alfamart di Indonesia mencapai 17.813 dengan tambahan 2.985 gerai dari anak perusahaan. Alfamart juga memperluas jangkauannya dengan membuka gerai di Aceh, Bintan, Raja Ampat, dan Timor Tengah Selatan serta meningkatkan jumlah Toko SAPA menjadi 3.003 dan mengoperasikan lebih dari 1.400 gerai di Filipina.
3. Harta kekayaan Djoko Susanto
Mayoritas harta kekayaan Djoko Susanto diperoleh dari kepemilikan sahamnya di Alfamart. Lewat PT Sigmantara Alfindo, Djoko berhasil menjadi pemegang saham terbesar di Alfamart dengan kepemilikan lebih dari 53,19 persen atau setara dengan 22.084.986.059 lembar saham.
Hal itu membuat Djoko masuk dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia pada 2023. Dia berada di peringkat 12 dengan total kekayaan mencapai 4,7 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp73,89 triliun.
Berdasarkan data per 7 Oktober 2024, Djoko Susanto menempati peringkat 740 dalam daftar orang terkaya di dunia versi Forbes.