Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menkeu, Sri Mulyani Indrawati bersama dengan Menkeu AS, Janet Yellen dan Managing Director IMF, Kristalina Georgieva dalam Pertemuan Finance Ministers and Central Bank Governor Meeting (FMCBG) G20 Indonesia di Bali (dok. Kemenkeu RI)
Menkeu, Sri Mulyani Indrawati bersama dengan Menkeu AS, Janet Yellen dan Managing Director IMF, Kristalina Georgieva dalam Pertemuan Finance Ministers and Central Bank Governor Meeting (FMCBG) G20 Indonesia di Bali (dok. Kemenkeu RI)

Nusa Dua, IDN Times - Managing Director International Monetary Fund (IMF), Kristalina Georgieva, menyebutkan krisis pangan yang terjadi di dunia saat ini semakin parah karena adanya larangan ekspor yang dilakukan oleh berbagai negara.

Pernyataan itu disampaikan Kristalina dalam High Level Seminar G20 Indonesia: Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).

"Lebih buruk lagi, sekitar 25 negara telah bereaksi terhadap harga pangan yang lebih tinggi dengan mengadopsi pembatasan ekspor yang memengaruhi lebih dari 8 persen perdagangan pangan global," ujar Kristalina.

Tak heran jika kemudian data World Food Programme (WFP) menunjukkan bahwa jumlah orang yang rawan pangan akut meningkat jadi 345 juta di 82 negara.

1. Krisis pangan juga ditimbulkan oleh kenaikan harga pupuk

Kristalina menambahkan, kenaikan harga pupuk sebanyak dua kali lipat selama setahun belakangan telah menyulitkan respons untuk ketersediaan pasokan makanan.

Di sisi lain, pasokan pangan global yang terus mengalami peningkatan selama satu dekade terakhir, dinilai Kristalina perlu dilepaskan guna menurunkan harga.

"Semua ini terjadi pada saat ruang fiskal untuk tindakan pemerintah sudah sangat dibatasi setelah pandemik COVID-19. Di luar jangka pendek, perubahan iklim secara struktural memengaruhi produktivitas pertanian di banyak negara," ucap dia.

2. Solusi krisis pangan dari Menkeu AS

Editorial Team

Tonton lebih seru di