Inflasi Naik Jadi 3,72 Persen, Beras hingga Bensin Jadi Pemicu

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan inflasi pada Agustus 2023 sebesar 3,27 persen secara tahunan (year on year/yoy). Angka ini meningkat dari posisi inflasi tahunan pada Juli 2023 sebesar 3,08 persen, namun lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan pada Agustus 2022 sebesar 4,69 persen.
“Inflasi tahun ke tahun sebesar 3,27 persen atau terjadi peningkatan harga konsumen dari 111,57 pada Agustus 2022 menjadi 115,22 pada Agustus 2023,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers pada Jumat (1/9/2023).
Bila dilihat dari sisi kelompok pengeluaran, kelompok transportasi mengalami inflasi 9,65 persen (yoy) dan memberikan andil sebesar 1,18 persen (yoy) terhadap inflasi umum.
"Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi tahunan, yaitu bensin sebesar 0,83 persen, tarif angkutan dalam kota 0,09 persen, tarif angkutan antar kota 0,05 persen, serta solar dan tarif kereta api masing-masing 0,03 persen,” tutur Pudji.
1. Beras dominan sumbang inflasi tahunan

Sementara itu, untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi 3,51 persen dan memberikan andil inflasi 0,92 persen pada inflasi tahunan Juli 2023.
Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi, yaitu beras sebesar 0,41 persen, rokok kretek filter 0,21 persen, bawang putih 0,08 persen, daging ayam ras dan rokok putih masing-masing 0,07 persen, rokok kretek dan telur ayam ras masing-masing 0,04 persen, serta ikan segar dan kentang masing-masing 0,03 persen.
Sementara itu, komoditas yang dominan memberikan andil deflasi secara tahunan, yaitu cabai merah sebesar 0,26 persen, bawang merah 0,09 persen, cabai rawit 0,07 persen, minyak goreng 0,05 persen serta cabai hijau, tomat, dan kol putih/kubis masing-masing 0,01 persen.
2. Sebanyak 49 kota inflasi tahunannya lebih tinggi dari nasional

Pudji mengatakan dari 90 kota yang dipantau tercatat semuanya mengalami inflasi tahunan dengan 49 kota mengalami inflasi tahunan lebih tinggi dari inflasi nasional. Adapun inflasi tertinggi terjadi di Manokwari 6,4 persen dan inflasi terendah Jambi 1,92 persen.
“Komoditas penyumbang inflasi di Manokwari yaitu ikan segar dengan andil 2,61 persen beras dengan andil 0,57 persen, bensin dengan andil 0,45 persen, rokok kretek filter dengan andil 0,41 persen, tomat dengan andil 0,35 persen,” kata Pudji.
3. Komponen harga yang diatur pemerintah sumbang inflasi terbesar

Berdasarkan komponennya, inflasi tahunan dominan disumbang oleh komponen harga diatur pemerintah dengan inflasi 8,05 persen.
Menurutnya, komponen ini memberikan andil terbesar kepada inflasi tahunan hingga 1,45 persen. Tekanan inflasi tahunan komponen harga diatur pemerintah masih tinggi, namun menunjukkan tren penurunan sejak Januari 2023.
“Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi selama setahun terakhir adalah bensin, rokok kretek filter, tarif angkutan dalam kota, rokok putih, tarif angkutan antarkota, rokok kretek, dan solar,” terang Pudji.
Pudji menjelaskan untuk komponen inti mengalami inflasi tahunan sebesar 2,18 persen dan memberikan andil 1,41 persen pada Agustus 2023. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi di antaranya adalah tarif kontrak rumah, emas perhiasan, sewa rumah, upah asisten rumah tangga, dan biaya kuliah akademi/perguruan tinggi.
"Untuk komponen harga bergejolak mengalami inflasi tahunan 2,42 persen dan memberikan andil 0,41 persen pada Agustus 2023. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi selama setahun terakhir adalah beras, bawang putih, daging ayam ras, dan telur ayam ras,” kata Pudji.