Inggris Beri Sanksi Kapal Tanker Minyak Rusia Senilai Rp396 Triliun

- Pemerintah Inggris melarang 100 kapal tanker minyak Rusia masuk pelabuhan sebagai sanksi terhadap armada bayangan Presiden Rusia Vladimir Putin.
- Langkah ini untuk menghentikan pendapatan minyak Rusia yang digunakan untuk invasi ke Ukraina, karena kapal-kapal tersebut dianggap usang dan berbahaya.
Jakarta, IDN Times – Pemerintah Inggris mengumumkan sanksi baru terhadap 100 kapal tanker minyak Rusia yang menjadi bagian dari armada bayangan Presiden Rusia Vladimir Putin. Armada ini diketahui telah membawa kargo senilai lebih dari 24 miliar dolar AS (sekitar Rp396 triliun) sejak awal 2024.
Langkah ini merupakan upaya Inggris membendung pendapatan minyak Rusia yang digunakan untuk mendanai invasi ke Ukraina. Kapal-kapal tersebut akan dilarang memasuki pelabuhan Inggris dan dapat ditahan jika berada di perairan negara itu.
“Setiap langkah yang kita ambil untuk meningkatkan tekanan pada Rusia dan mencapai perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Ukraina adalah langkah menuju keamanan dan kemakmuran Inggris,” kata Perdana Menteri Keir Starmer, dikutip dari GOV.UK, Jumat (9/5/2025).
1. Operasi armada bayangan dinilai membahayakan Eropa
Armada bayangan ini dibangun Rusia untuk menghindari sanksi Barat, terutama setelah invasi ke Ukraina pada 2022. Kapal-kapal yang digunakan sering kali sudah tua, tidak memiliki sertifikasi keselamatan, dan memakai teknologi pelacakan yang dinonaktifkan.
Dilansir dari BBC, pemerintah Inggris menyebut kapal-kapal itu sebagai usang dan berbahaya, serta menyalahkan mereka atas aksi pelayaran sembrono yang merusak infrastruktur penting bawah laut. Salah satu insiden yang disorot adalah kerusakan pada kabel bawah laut utama di Laut Baltik.
Infrastruktur bawah laut memegang peranan vital karena membawa 99 persen data telekomunikasi internasional dan pasokan energi. Inggris menilai kapal tanpa teknologi navigasi modern atau yang sengaja mematikan alat pelacak bisa mengancam keselamatan regional.
2. Inggris aktif pantau pergerakan kapal Rusia di Eropa

Sebagai bagian dari Joint Expeditionary Force (JEF), Inggris telah mengaktifkan sistem reaksi cepat bernama Nordic Warden sejak Januari. Sistem ini dirancang untuk mendeteksi ancaman terhadap infrastruktur bawah laut dan melacak pergerakan armada bayangan Rusia.
Dari markas operasi JEF di Northwood, Inggris, setidaknya 22 titik pantauan telah diaktifkan. Lokasinya mencakup wilayah strategis seperti Selat Inggris, Laut Utara, Kattegat, dan kawasan Baltik.
JEF merupakan aliansi sepuluh negara dengan Inggris sebagai negara kerangka. Koordinasi intensif ini bertujuan memperkuat keamanan maritim dan mencegah sabotase bawah laut yang bisa berdampak luas pada perekonomian dan stabilitas kawasan.
3. JEF dan Ukraina perluas kerja sama militer dan luar angkasa

Para pemimpin JEF diperkirakan akan mengumumkan kemitraan baru dengan Ukraina dalam waktu dekat. Kerja sama ini mencakup latihan militer gabungan, peningkatan interoperabilitas sistem tempur, serta dukungan melawan disinformasi.
JEF juga akan belajar dari pengalaman tempur Ukraina untuk memperkuat pertahanan kolektif. Langkah ini dianggap strategis di tengah meningkatnya ancaman dari Rusia, terutama terhadap infrastruktur vital.
Inggris dan Norwegia turut menandatangani nota kesepahaman baru terkait pengawasan domain luar angkasa. Kedua negara akan berbagi intelijen tentang satelit dan puing antariksa guna melindungi infrastruktur penting di orbit. Inggris juga berencana melakukan peluncuran antariksa pertamanya dari Shetland tahun ini.