Ini Sederet Upaya MIND ID Realisasikan Target Emisi Nol Bersih 

MIND ID beranggotakan PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk.

Sepanjang 2021-2022, MIND ID telah mengimplementasikan program-program carbon reduction dan carbon offset yang dapat mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) lebih dari 400 ribu ton karbon dioksida ekuivalen (Co2e) atau sebesar 28 persen dari target pengurangan emisi pada 2030.

Selain green mining, MIND ID juga mendukung program pemerintah dalam pertumbuhan industri kendaraan listrik nasional. Hal ini sejalan dengan tren dunia yang tengah bergerak ke arah penggunaan kendaraan yang hemat energi dan ramah lingkungan, demi menjalankan program reduksi karbon.

Pencapaian ini tidak lepas dari peran anggota MIND ID. Di antaranya, PT Antam Tbk yang berkontribusi mereduksi karbon sebanyak 47 ribu ton CO2e, dengan program unggulan reklamasi pascatambang dan rehabilitasi aliran sungai.

PT Bukit Asam Tbk juga berhasil memangkas 256 ribu ton CO2e, dengan program unggulan yang berdampak signifikan pada pengurangan karbon melalui reklamasi dan feforestation.

Sementara, PT Inalum (Persero) menyumbang penurunan karbon sebesar 60 ribu ton CO2e, dengan melakukan pengurangan efek anoda pada pot optimization.

Sedangkan, PT Timah Tbk menyumbang sebanyak 87 ribu ton CO2e, dengan mengubah penggunaan HSD menjadi biofuel (B30) serta carbon offset.

“Kami seluruh Grup Holding Industri Pertambangan telah menyiapkan dan terus mendorong program dekarbonisasi untuk jangka menengah dan jangka panjang. Pendekatan yang digunakan adalah circular economy yang berlandaskan prinsip good mining practice,” jelas Hendi.

“Harapannya ini dapat terus dimaksimalkan sehingga target NZE dapat terpenuhi pada tahun 2060,” tambah Hendi.

Mereduksi karbon global, yang merupakan bagian dari mengatasi krisis iklim, adalah salah satu concern Indonesia saat menjadi presidensi G20.

Indonesia sendiri sudah menaikkan target pengurangan emisi karbon, dari sebelumnya 29 persen menjadi 31,89 persen pada 2030. Jika mendapat bantuan internasional, Indonesia bahkan berani menaikkan angkanya menjadi 43,20 persen.

Menko Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa transisi energi harus dimulai tanpa memicu krisis energi. Airlangga pun optimis transisi energi dapat dihasilkan secara adil, terjangkau, dan bisa diakses oleh semua orang.

"Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat," ujar Airlangga dalam pernyataan tertulisnya.

Concern yang sama juga disampaikan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasyid. Dia mengatakan bahwa Indonesia butuh dukungan dana kuat untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2060.

Selain itu, dia mengingatkan bahwa Indonesia tidak harus terpaku dengan target yang dicanangkan oleh negara lain. Sebab, setiap negara memiliki kapasitasnya masing-masing untuk mengatasi krisis iklim.

"Kita sebagai negara berkembang ingin menuju ke sana, tapi harus dipahami bahwa pemetaannya berbeda setiap negara. Ini suara yang sama dari India dan Brazil. Jadi cara pemetaannya berbeda. Untuk transisi harus ada financing yang didukung oleh modal, bisa dengan negara kaya membantu yang miskin," kata Arsjad.