Pengunjung mengamati layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Menurut Oktavianus, investor dapat menerapkan strategi defensif di tengah kondisi pasar yang rentan. Dia menilai, investor dapat bersikap wait and see hingga rilis kinerja kuartal I-2025.
Setelah itu mulai melakukan akumulasi jika saham-saham unggulan (blue chip) terbukti masih tangguh dengan harga yang sudah terkoreksi.
Selain itu, dia merekomendasikan diversifikasi aset ke instrumen bebas risiko atau aset lindung nilai seperti obligasi pemerintah dan emas.
Bagi yang sudah memiliki posisi, terutama di saham big caps, disarankan untuk tetap hold sambil menantikan momentum untuk melakukan averaging down, yakni menurunkan harga rata-rata pembelian.
Itu dilakukan dengan cara membeli kembali saham yang sama di harga yang lebih rendah dari harga beli sebelumnya sehingga rata-rata harga beli investor menjadi lebih rendah.
Oktavianus juga mengingatkan agar menghindari emiten dengan porsi utang dalam dolar AS yang besar, yaitu lebih dari 50 persen total utang terutama yang memiliki debt to equity ratio (DER) di atas 1 kali.