Inovasi Baru! Padi di Pinggir Laut Bisa Hasilkan 11,5 Ton per Hektare

- Produktivitas tinggi capai 11,5 ton per hektareIPB 11S Bepe memiliki produktivitas tinggi, mencapai 7,7 hingga 11,5 ton per hektare, jauh di atas rata-rata nasional sebesar 5,29 ton. Ini menjadi angin segar di tengah tantangan konversi lahan sawah dan penurunan kualitas lahan.
- Tahan beragam penyakit dan hamaVarietas ini tahan terhadap berbagai hama dan penyakit yang umum menyerang padi, mengurangi kebutuhan penggunaan pestisida dan meningkatkan efisiensi pertanian.
Bogor, IDN Times – IPB University memperkenalkan inovasi varietas padi baru, IPB 11S Bepe. Padi jenis ini mampu tumbuh di lahan dengan kadar garam tinggi. Inovasi ini diluncurkan di Kampus IPB Dramaga pada Selasa (22/7/2025) ini, merupakan upaya menjawab tantangan krisis pangan global dan perubahan iklim.
Keunggulan utama dari inovasi padi IPB yang diyakini bisa mendukung ketahanan pangan nasional. Salah satu keunggulan utama IPB 11S Bepe adalah kemampuannya bertahan di lahan dengan kadar garam tinggi (salinitas). Inovasi ini hadir sebagai jawaban atas meningkatnya air laut yang mengancam sawah-sawah di pesisir.
"Banyak varietas yang tahan, tapi yang tahan salinitas tidak banyak. Inilah solusi dari IPB," ujar Rektor IPB, Arif Satria saat peluncuran. Lahan-lahan terpapar salinitas diperkirakan mencapai 1 juta hektare, tersebar di Pantura, Kalimantan Selatan, hingga Nusa Tenggara Timur.
1. Produktivitas tinggi capai 11,5 ton per hektare

IPB 11S Bepe tidak hanya unggul dalam adaptasi, tapi juga memiliki produktivitas yang sangat tinggi. Rata-rata hasilnya mencapai 7,7 hingga 11,5 ton per hektare, jauh melampaui rata-rata nasional sebesar 5,29 ton. “Karena punya kelebihan produksinya bisa 11 ton, terus yang kedua tahan penyakit,” jelas Arif Satria.
Ini menjadi angin segar di tengah tantangan luasnya konversi lahan sawah dan penurunan kualitas lahan akibat perubahan iklim.
2. Tahan beragam penyakit dan hama

Varietas ini juga tahan terhadap berbagai hama dan penyakit yang umum menyerang padi, seperti wereng batang cokelat biotipe 1-3 dan penyakit blas serta hawar daun bakteri.
“Padi jenis ini tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri patotipe III dan IV serta blas ras 013 dan tiga ras lainnya,” kata peneliti utama beras IPB 11S Bepe Prof. Bambang Sapta Purwoko. Hal ini tentu mengurangi kebutuhan penggunaan pestisida dan meningkatkan efisiensi pertanian.
3. Cocok untuk nasi goreng dan makanan khas daerah

Tak hanya unggul di lahan, IPB 11S Bepe juga dikenal sebagai beras pera, yang disukai masyarakat Minangkabau dan cocok untuk menu favorit seperti nasi goreng. "Beras IPB 11S adalah inovasi beras pera yang banyak diminati, terutama di Sumatera Barat,” jelas Prof. Bambang.
Dengan demikian, varietas ini menjawab kebutuhan pangan nasional tidak hanya dari sisi kuantitas, tetapi juga selera masyarakat Indonesia.